REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK-Penaggulangan terorisme saat ini masih terkesan mirip “pemadam kebakaran” yang hanya memadamkan di permukaan saja. Sementara, sumber api yang menjadi masalah terorisme belum dapat diatasi. Lalu apa sebenarnya akar masalah terorisme?. Sangat kompleks, mulai dari masalah kemiskinan, keyakinan, pemahaman hingga pengaruh pengaruh eksternal. Misalnya seperti ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), kelompok militan jihad yang bergerak tidak mengenal batas kedaulatan negara.
Akar masalah terorisme tersebutlah yang akan dibahas sejumlah pakar, mulai dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), akademisi, hingga mantan pelaku terorisme. Mereka akan ikut urun rembug memetakan akar masalah terorisme dari hulu sampai hilir. Kegiatan tersebut akan digelar di Pesantren Al Hikam Depok, Jawa Barat (Jabar) pada 6-8 Desember 2014 mendatang.
Dalam urun rembug ini, BNPT merangkul 300 ulama dari seluruh Indonesia. Mereka akan dilibatkan dalam upaya deteksi dalam potensi-potensi terorisme. Kegiatan ini akan menghasilkan rekomendasi sekaligus evaluasi penanganan terorisme. Tidak sebatas seminar, setelah kegiatan ini selesai akan dibuat rencana aksi (action plan) secara formal sekaligus penanganan terorisme mulai dari akarnya.
''Nah, kita ingin supaya ini gerakan bersama, gerakan nasional komprehensif dari hulu sampai hilir. Harus sinergi, jadi ulama ini yang membimbing agar pemikiran keagamaan yang benar itu seperti ini. Tapi juga harus bersama dilindungi pemerintah. Kalau sudah diomongi tidak kena, urusannya hukum. Kalau hukum tidak juga kena, baru urusannya represi, begitu kan,'' ujar Pimpinan Pondok Pesantren Al Hikam Depok, KH. Hasyim Muzadi dalam siaran persnya ke Republika, Kamis (4/12).
Di sisi lain, Hasyim yang merupakan inisiator bersama BNPT dalam urun rembug gerakan ini juga membantah bahwa agenda silaturahmi nasional yang mempertemukan ratusan alim ulama dengan kementerian dan lembaga negara terkait penanggulangan terorisme ini merupakan bagian dari agenda permintaan asing. Silaturahmi tersebut merupakan inisiatif dan cara ulama bersama pemerintah, dalam menanggulangi kasus terorisme di Indonesia.
''Di dalam diskusi nanti, sudah kita siapkan bahwa penanganan terorisme di Indonesia untuk kepentingan Indonesia, bukan bagian kemauan asing, sehingga saya selalu mengatakan penanggulangan terorisme di Indonesia harus Indonesiawi, jangan Amerikawi, jangan Inggrisasi,'' jelas Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) ini.