Kamis 04 Dec 2014 19:18 WIB

Kemunculan Nabi Palsu, Bentuk Kegagalan Syiar Agama

Rep: CR02/ Red: Indah Wulandari
Warga Kampung Datah Bilang, Long Hubung, Mahakam Ulu saat mengikuti safari dakwah di Masjid Arrahman.
Foto: Republika/Chairul Akhmad
Warga Kampung Datah Bilang, Long Hubung, Mahakam Ulu saat mengikuti safari dakwah di Masjid Arrahman.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Kemunculan para nabi palsu di tengah masyarakat ditengarai akibat kurangnya syiar dakwah hingga ke daerah terpencil.

“Ini merupakan kegagalan ulama, pemerintah, dan seluruh pihak terkait dalam melakukan pembinaan terhadap masyarakat Muslim di berbagai daerah,” ulas pendiri Pesantren Muallaf Annaba’ Center Syamsul Arif Nababan, Kamis (4/12).

Munculnya fenomena nabi palsu, ujarnya, menjadi sebuah tantangan bagi umat Islam untuk lebih semangat menyiarkan dakwah Islam di Indonesia.

"Ini jadi pekerjaan rumah kita bersama untuk lebih giat melakukan syiar Islam," kata Ustaz Nababan.

Pengasuh pembinaan pesantren Muallaf itu menjelaskan bahwa dakwah di Kalimantan Timur,khususnya Tenggarong sudah berjalan.

Namun, kurangnya ulama dan dai di wilayah tersebut memunculkan terjadinya pelemahan akidah dan munculnya aliran sesat.

Sebelumnya, Guru Bantil, warga Kampung Rantau Bemban, Sangatta, Kutai Timur, mengaku sebagai nabi utusan Tuhan dan menyebarkan aliran sesat ditahan di dalam rumah tahanan di Tenggarong. Di penjara itu, dia malah juga menyebarkan ajaran sesatnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement