REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagai operator penyedia air bersih di barat Jakarta, Kepala Divisi Komunikasi dan Pertanggung Jawaban Sosial PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), Meyritha Maryanie, mengakui pasokan air baku sebagai sumber air bersih menjadi kendala utama. Kebutuhan air bersih terus meningkat sementara sumber air baku tidak bertambah sejak pertama kali Palyja mengakuisisi PT PAM Jaya tahun 1998.
Berbagai upaya dilakukan perusahaan untuk tetap memenuhi kebutuhan tersebut. Terutama adalah menurunkan tingkat kebocoran air terutama karena kasus pencurian. Dari pencurian air yang bisa diatasi, Palyja kemudian menyalurkannya pelanggan baru yang belum dialiri.
"Upaya yang kita lakukan penurunan tingkat kehilangan air sekarang sudah 39 persen untuk dibagikan ke pelanggan baru. Tiap tahun penurunan tingkat kehilangan air maksimal dua persen," ujar Meyritha.
Sementara itu cara lain yang digunakan Palyja untuk mengatasi minimnya pasokan sumber air baku adalah dengan mengaktifkan kembali pipa yang sudah tidak terpakai. Palyja bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menerapkan teknologi bio filterasi. Teknologi ini digunakan untuk menyaring air yang didapat dari Taman Kota, Cilandak, itu. Hasilnya, Palyja mendapatkan 15o liter perdetik sumber air baku baru.
"Kita mengaktifkan pipa yang dulu airnya nggak bisa dipakai dengan kerja sama bio filtrasi dengan BPPT dan mendapatkan 150 liter perdetik air di Taman Kota, Cilandak," tambahnya.
Untuk terus mencukupi kebutuhan ini, Palyja diakui Meyritha tengah mengupayakan revitalisasi sungai Krukut. Upaya ini dilakukan dengan pembentukan komunitas pencinta Krukut sama seperti yang dilakukan oleh Komunitas Pecinta Ciliwung. Dari Krukut diharapkan, Palyja akan mendapatkan sumber air baku sebanyak 300 liter per detik dari olahan sebanyak 400 liter per detik.