REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ketua DPD Partai Golkar Bali Ketut Sudikerta mengatakan secara umum kegiatan Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di kawasan wisata internasional Nusa Dua berjalan aman dan tertib, walau sebelumnya ada indikasi akan terjadi keributan.
"Secara umum pelaksanaan Musda IX Partai Golkar yang digelar selama empat hari di kawasan wisata internasional Nusa Dua Bali berjalan lancar. Walau sempat ada riak-riak kecil upaya memboikot Munas tersebut, namun dapat diatasi tanpa menganggu aktivitas sektor pariwisata," kata Sudikerta kepada media di Sanur, Bali, Jumat.
Ia mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Bali dan aparat keamanan serta instansi terkait atas dukungan pelaksanaan Munas Golkar, sehingga bisa berjalan sesuai dengan agenda kegiatan partai berlambang beringin itu. "Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dalam menyukseskan kegiatan politik tersebut. Bali adalah milik kita karena itu setiap kegiatan apapun yang digelar di Pulau Dewata harus aman dan damai," ucap Sudikerta yang didampingi sejumlah mengurus DPD Golkar Bali, antara lain Sekretaris Komang Purnama, Wayan Geredeg, Gusti Putu Wijaya dan Yuda Suparsana.
Ia mengatakan seluruh kader beringin yang baru pertama kali datang ke Bali bahkan merasa senang, karena keamanan dan akses ke objek wisata cukup mudah. "Mereka (peserta) yang datang dari seluruh Indonesia merasa senang bisa datang ke Bali. Mereka merasa nyaman mengikuti Munas Golkar, tanpa ada kekhawatiran dan intimidasi," katanya.
Sudikerta memaparkan kader dari Bali yang masuk disusunan kepengurusan DPP Golkar periode 2014-2019 sebanyak tiga orang, yakni Anak Agung Adhi Mahendra Putra, Wayan Geredeg dan Gusti Putu Wijaya. "Memang Bali mendapat posisi formatur dalam penyusunan kepengurusan DPP Golkar mewakili Indonesia bagian tengah. Kami mengusulkan lima kader, namun dari formatur hanya diterima tiga orang, sedangkan dua orang tidak lolos yakni Gede Sumarjaya Linggih dan Wayan Mundra," katanya.
Menurut Sudikerta, tidak lolosnya Gede Sumarjaya Linggih alias Demer dalam rapat formatur, karena Demer dinilai kurang loyalitas terhadap partai. "Kreteria kurang loyalitas Demer itu yang menyebabkan tidak bisa lagi masuk susunan pengurus DPP Golkar lima tahun mendatang. Yang menilai bukan dari daerah (Bali), ini kan semua penilaian pusat. Kami sih sudah berjuang untuk Demer bisa masuk pengurus lagi. Tapi itu adalah keputusan formatur yang berjumlah delapan orang," katanya.