REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Manado mengimbau masyarakat mewaspadai badai Hagupit Filipina berdampak ke Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Hujan dan angin yang terjadi saat ini di Provinsi Sulut akibat fenomena siklon tropis yakni badai Hagupit Filipina, yang mempengaruhi pola sirkulasi angin di Sulut," kata Staf Prakirawan BMKG Sam Ratulangi Manado, Novria, di Manado, Sabtu (6/12).
Novria mengatakan sebenarnya badai Hagupit ini, jauh dari Sulut, namun mempengaruhi pola sirkulasi angin, sehingga memicu pertumbuhan awan yang cukup kuat.
"Badai Hagupit Filipina, memang cukup jauh dan tidak mendekati Sulut," jelasnya.
Jadi, katanya, diperkirakan curah hujan di Sulut masih akan berlanjut hingga tiga hari ke depan. "Masyarakat harus tetap waspada, dan mengikuti informasi dari BMKG juga dari pemerintah," jelasnya.
Dampak siklon Hagupit akan menyebabkan hujan ringan sampai sedang berpotensi di wilayah Kalbar bagian selatan, Kalteng, Kaltara, Sulut, Malut, dan Papua Barat.
Sementara gelombang laut dengan tinggi 2-3 meter di perairan Kepulauan Sangihe, Laut Maluku bagian utara, Laut Halmahera, perairan timur Halmahera, perairan Raja Ampat, perairan utara Papua Barat.
"Gelombang laut dengan tinggi 3 sampai 4 meter di perairan Kepulauan Talaud, Perairan utara Halmahera, Samudera Pasifik utara Halmahera dan Papua. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada," katanya.
Filipina akan menghadapi terjangan Siklon Hagupit atau Ruby. Saat ini siklon ada di Laut Filipina mengarah ke barat dengan kecepatan angin maksimum 241 km per jam. Ini berkali-kali lipat dari kecepatan terjangan puting beliung secepat 60 km per jam.
Siklon ini berbahaya karena energinya dapat menimbulkan angin kencang, hujan deras, banjir, longsor, gelombang tinggi, dan badai petir. Diperkirakan siklon akan berada di daratan Filipina pada Ahad (7/12) pagi besok.