REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Umat Islam harus bersama-sama mengatasi buruknya kondisi pengelolaan masjid di Indonesia.
Salah satu caranya, dengan mendorong ketakmiran masjid agar mampu mengelola masjid secara profesional. Untuk itu, perlu kerja sama antara pemerintah daerah dan lembaga pendidikan tinggi Islam.
Pendapat itu disampaikan Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Masdar Farid Mas'udi pada kuliah umum Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Rabu (3/12).
Menurutnya, perguruan tinggi Islam, seperti UIN Sunan Kalijaga, seharusnya berperan dalam mendorong lahirnya takmir masjid yang profesional.
''Yakni, dengan merancang dibentuknya forum pendidikan dan pelatihan yang fokus mencetak takmir-takmir masjid profesional,'' ujarnya.
Pendidikan dan pelatihan bagi para calon takmir masjid tersebut meliputi analisis sosial, perumusan masalah, identifikasi kekuatan dan kelemahan, kerangka pemecahan masalah, manajemen keorganisasian masjid, aksi, kemitraan, dan evaluasi.
Masdar yang juga Rais Syuriah PBNU mengatakan, takmir masjid profesional diharapkan dapat mengembangkan fungsi masjid secara optimal.
Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga tempat untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, sosial, kesehatan, lingkungan, ekonomi, dan kebudayaan.
Berdasarkan data dari Kementerian Agama (Kemenag) terdapat lebih dari 800 ribu masjid di seluruh penjuru Tanah Air. Selain masjid, terdapat pula lebih dari 300 ribu mushalla.
Selain untuk melaksanakan shalat, masjid juga menjadi tempat diselenggarakannya beragam kegiatan, seperti pendidikan Alquran bagi anak-anak, tausiah, peringatan hari-hari besar Islam, tempat untuk menyampaikan informasi kemasyarakatan, dan sebagainya.
"Masjid adalah tempat persemaian segala ide, gagasan, dan diseminasi informasi yang sangat efektif," kata Masdar menerangkan.