REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Presiden Zimbabwe Robert Mugabe menuduh wakil presidennya bersama dengan kedutaan Amerika Serikat berencana menggulingkannya, Sabtu (6/12).
Mugabe mengatakan hal tersebut di sebuah tenda besar di sebuah lapangan terbuka di ibukota Harare, di hadapan sekitar 12 ribu anggota partai berkuasa Partai Zanu-PF. Dia mengatakan mata-matanya mengikuti Wakil Presiden Joice Mujuru hingga ke kedutaan AS untuk melakukan pertemuan rahasia untuk merencanakan pembunuhannya.
"Saya terbuka dengan kompetisi, tapi tidak dengan cara seperti yang terjadi pada Kabila," ujar Mugabe merujuk pada mantan pemimpin Republik Demokratik Kongo Larent Kabila yang dibunuh salah satu pengawalnya pada 2001.
Mugabe berbicara dalam kongres partai yang berlangsung selama tiga hari. Kongres tersebut kembali memilih pria 90 tahun tersebut sebagai presiden selama lima tahun ke depan. Pemilihan itu sekaligus memberi kewenangan bagi Mugabe memilih wakilnya dan pejabat tinggi lain.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Jen Psaki mengatakan dugaan mengenai aktivitas kedutaan besar AS di Zimbabwe tidak berdasar dan tidak bertanggung jawab.
"AS akan tetap menjadi teman yang tegar bagi rakyat Zimbabwe," katanya.