REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Prancis, Francois Hollande bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk mendiskusikan krisis Ukraina, Sabtu (6/12) kemarin.
Hollande mengunjungi ibukota Rusia itu tanpa diduga-duga. Ia sedang dalam perjalanan pulang dari kunjungan ke Kazakhstan.
Hollande adalah pemimpin barat pertama yang berkunjung ke Rusia sejak aneksasi Crimea pada Maret. "Tuan Presiden, saya memutuskan kita harus mendiskusikan krisis Ukraina," kata Hollande pada Putin melalui interpreter di bandara internasional Vnukovo, dikutip Aljazirah, Ahad (7/12).
Ia berharap bisa segera mengakhiri konflik antara pemerintah Ukraina dengan separatis pro Rusia tersebut. Beberapa hal yang diangkat dalam pidato Putin Kamis lalu menarik perhatiannya. "Saya mendengar pidato Anda dan saya pikir ada beberapa hal yang harus kita selesaikan bersama," kata Hollande di bandara.
Dikutip Reuters, Hollande mengarahkan pembicaraan pada protokol gencatan senjata yang disepakati di Minsk. Ia mengatakan gencatan senjata akan segera dilakukan di timur Ukraina dalam beberapa hari kedepan.
Ia berharap semua pihak bisa menghargai kesepakatan gencatan senjata yang diputuskan pada 5 September tersebut. "Gencatan senjata akan diumumkan besok atau lusa setelah semua pihak menghormatinya," kata Hollande pada televisi Prancis setelah pembicaraan di bandara.
Putin sendiri yakin kunjungan Hollande bisa membantu perkembangan dalam meredam krisis. "Peran Prancis adalah mencari solusi dan mencegah masalah," kata Hollande. Menurutnya, pertemuan antara dirinya dan Putin menjadi pesan deskalasi konflik.
Presiden Prancis tersebut mengatakan sudah mendiskusikan kejelasan untuk mengakhiri kekerasan. "Saya sangat berharap dalam waktu dekat, keputusan final untuk gencatan senjata bisa diambil," kata Putin yang tampak gugup untuk berjabat tangan dengan Hollande.
Sementara di ibukota Ukraina, Kiev, Presiden Petro Poroshenko mengatakan kesepakatan telah dicapai untuk menggelar pembicaraan baru pada Selasa untuk mengimplementasikan kesepakatan Minsk. Poroshenko mengatakan akan fokus pada jadwal yang telah ditetapkan dalam protokol tersebut.
Dalam proposal yang diajukan, 9 Desember akan menjadi 'Day of Silence' dimana kedua belah pihak tidak mengangkat senjata mereka. Putin mengatakan Rusia akan menghormati teritorial Ukraina, meski hal tersebut tidak dipercayai barat.
NATO dan negara barat menuduh Moskow mengirim pasukan dan senjata untuk mendukung pemberontak. Moskow menolak hal tersebut dan mengatakan mereka bukan bagian dari konflik.
Bulan lalu Hollande menunda pengiriman dua helikopter Mistral pertamanya dari Rusia. Hal tersebut merupakan sentimen terhadap krisis Ukraina. Putin mengatakan mereka tidak membahas hal ini saat bertemu namun ia berharap Prancis tetap pada kontraknya.