REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Lebak, Eti Suhaeti mengungkapkan, persalinan yang ditangani paraji (dukun beranak) di wilayah kerjanya masih tinggi. Kondisi ini berdampak terhadap peningkatan kasus kematian bayi dan anak.
"Kami memperkirakan persalinan yang ditangani dukun masih di bawah 45 persen dari estimasi 29.456 ibu hamil," kata Eti Suhaeti di Lebak, Ahad (7/12).
Ia mengatakan, saat ini masyarakat masih mempercayai persalinan ditangani paraji atau dukun beranak, meskipun risiko kematian cukup tinggi. Saat ini, jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2014 tercatat 46 orang, padahal sebelumnya mencapai 35 orang.
Meningkatnya kasus kematian itu akibat ditangani paraji juga terjadi pendarahan hebat, keracunan kehamilan, infeksi dan keterlambatan mendapat pertolongan medis. Karena itu, pihaknya meminta Dinas Kesehatan menjalin kemitraan dengan para tenaga medis di Puskesmas masing-masing.
Sebab kemitraan itu dapat membangun komunikasi antara bidan dan dukun, sehingga ibu yang akan melakukan persalinan dalam kondisi selamat.
Saat ini, jumlah dukun beranak di Kabupaten Lebak tercatat 1.427 orang tersebar di 28 kecamatan. "Kami berharap bidan yang bertugas di desa bisa menjalin kemitraan bersama dukun beranak untuk menangani persalinan," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat agar memeriksakan kesehatan kehamilan kepada bidan maupun tenaga medis di Puskesmas untuk menekan angka kematian. Selain itu juga tenaga bidan sangat terampil karena mereka memiliki keilmuan di bidang persalinan dibandingkan paraji. Tugas dukun beranak itu hanya sebatas membantu dan tidak melakukan praktik penanganan persalinan.
"Kami tetap melakukan pembinaan pelatihan terhadap dukun beranak untuk membantu tenaga medis," katanya.
Sementara itu, Suryani, seorang ibu hamil warga pedalaman Kabupaten Lebak mengaku, dirinya hingga kini menggunakan jasa dukun beranak jika akan kelahiran anak. "Semua anak saya dari anak pertama dan kedua ditangani dukun paraji, karena persalinan ke bidan harus bayar Rp500 ribu. Uang sebesar itu kami tidak punya karena suami hanya buruh bangunan," katanya.