Ahad 07 Dec 2014 22:44 WIB
Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 Dibatalkan, Guru Minta Segera Lakukan Perbaikan

Rep: C67/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang guru menunjukkan buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMPN 11 Tegal, Jateng, Selasa (9/9).
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang guru menunjukkan buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMPN 11 Tegal, Jateng, Selasa (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA—Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan memutuskan membatalkan implementasi kurikulum 2013. Hal tersebut mengacu dari hasil tim evaluasi terkait kurikulum tersebut.

Anies memutuskan bagi sekolah yang sudah menjalankan kurikulum 2013 selama tiga semester diminta untuk melanjutkan sambil menunggu evaluasi lanjutan. Sedangkan bagi sekolah yang dalam penerapannya tidak sampai tiga semester agar menggunakan kurikulum 2006.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Sekolah SMKN 2 Depok, Sleman, Yogyakarta, Aragani Mizam Zakaria mengaku siap melanjutkan kurikulum 2013 asalkan ada dukungan. Dukungan yang dimaksud yaitu adanya penyempurnaan dengan cepat.

“saya harap semester depan sudah ada perbaikan, kalau gak kan bisa gak jelas,” ujar Aragani, saat dihubungi Republika, Ahad (7/12).

SMKN 2 Depok merupakan sekolah yang sudah satu setengah tahun menjalankan kurikulum 2013. Oleh karena itu, kata Aragani, sekolahnya merupakan salah satu sekolah percontohan di Sleman terkait implementasi kurikulum 2013.

Ia menilai kurikulum tidak hanya memberatkan kepada guru saja. Menurutnya, kurikulum tersebut terlalu memberatkan kepada siswa. Mereka, kata Aragani, menjadi kurang memiliki waktu untuk istirahat.

Meski di sekolahnya termasuk kategori yang akan melanjutkan kurikulum 2013, Aragani berharap ada pengawalan dari pemerintah. Perbaikan harus dilakukan secepatnya seperti ketersediaan buku, sistem penilaian dan pelatihan guru khususnya guru kejuruan. “tapi secara pembelajaran kurikulum 2013 cukup bagus,” katanya.

Sementara itu, Dinar, guru di SDIT Ibnu Abbas Godean, Yogyakarta mengaku lebih baik menggunakan kurikulum 2013. Pasalnya, kurikulum tersebut lebih menyenangkan bagi anak didiknya.

“jadi anak-anak jadi lebih banyak nyanyi, ya banyak mainnya lah,” kata Dinas, saat dihubungi Republika, Ahad (7/12).

Kendati demikian, ia tidak memungkiri banyak masalah yang dihadapi para guru seperti penilaian. Banyaknya item penilaian, lanjut Dinar, membuat guru tidak konsentrasi kepada pelajaran.

Untuk itu, ia lebih menginginkan implementasi kurikulum 2013 tetap dilanjutkan. Akan tetapi, secara adminitrasi, ia mengharapkan lebih diringankan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement