Selasa 09 Dec 2014 21:53 WIB

Pria Inggris ini Mampu Taklukan 100 Bom Rakitan

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Agung Sasongko
Bom rakitan, ilustrasi
Bom rakitan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Selama konflik di Afghanistan, bom rakitan atau yang dikenal dengan Alat Peledak Buatan (IED) menjadi ancaman terbesar tentara Inggris.

Di sebuah tanah lapang yang sulit dilalui dan berdebu di provinsi Helmand, bom rakitan tersebut dikubur di bawah tanah. IED, tak ayal, merupakan senjata paling mematikan yang dimiliki Taliban.  "Orang yang terkena ledakannya pasti hancur dan terkadang tidak utuh lagi," ujar komandan dokter bedah Anthony Lambert yang bekerja di umah sakit trauma di Camp Bastion di Helmand, Senin (8/12).

Saat itu, prajurit Chris Scott baru pertama kali dikirim ke Afghanistan pada September 2011. Tentara Inggris telah melakukan langkah-langkah untuk menemukan IED sebelum mereka meledak. Pada usia 20 tahun Scott diberi tanggung jawab sebagai "vallon" atau orang yang bertanggung jawab melindungi nyawa 30 orang di belakangnya dalam patroli mencari IED.

"Pada dasarnya saya berada di barisan depan patroli, orang pertama yang memeriksa lapangan agar seluruh pasukan bisa berpatroli dengan aman. Itu artinya saya dipercaya oleh pasukan untuk melakukan tugas dengan baik. Hal ini membuat saya merasa penting," kata Scott, dikutip dari BBC, Selasa (9/12).

Peleton dimana Scott bergabung bertanggung jawab melindungi Route 611, sebuah jalan utama yang menghubungkan dua kota besar di Helmand. Warga sekitar dan tentara biasa menggunakan jalur tersebut, begitu juga dengan Taliban. Bersenjatakan alat pendeteksi logam, Scott menyisir jalur patroli.

"Kamu harus berkonsentrasi penuh. Jika tidak, kamu bisa gila. Tekanannya tidak bisa dibayangkan," ujar Scott.

Selama enam bulan ditempatkan di Afghanistan, Scott berhasil menemukan lebih dari 100 bom rakitan. Bom-bom tersebut lantas diledakkan di bawah pengawasan. Scott menjadi orang yang telah menyelamatkan banyak nyawa.

"Saya merasa telah mencapai sesuatu. Ya, saya menemukan ini, sesuatu yang kau letakkan di sini untuk membunuhku," katanya.

Namun, dalam misi terakhirnya sebelum pulang ke Inggris meninggalkan luka yang dalam. Dalam tugas terakhirnya, Scott yang perg bersama rekannya dan atasannya Kapten Bowers. Tiba-tiba dia mendengar ledakan.

Awlanya dia pikir dirinyalah yang terkena ledakan. Namun, dia mampu berdiri dan menyadari dirinya baik-baik saja. Kapten Bowers terlempar sejauh 20 meter. Tubuhnya hancur. Bowers tewas akibat ledakan itu.

Scott masih bergabung dengan tentara Inggris. Pada 2014 dia dipromosikan untuk posisi sersan. Namun, dia tidak pernah melupakan tugas terakhirnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement