REPUBLIKA.CO.ID, DAVAO -- Sebelas orang termasuk sejumlah siswa SMA tewas ketika sebuah bom meledak di atas bus di Filipina Selatan, Selasa (9/12), kata juru bicara militer.
Bus yang dioperasikan oleh perusahaan Transit Pedesaan itu sedang bepergian melalui kota Maramag di pulau bergolak Mindanao saat bom itu meledak, kata juru bicara daerah Mayor Christian Uy.
Ledakan itu juga melukai 21 orang, katanya kepada AFP.
Banyak korban adalah siswa SMA yang baru saja naik bus karena melewati satu sekolah di kota, kata Letnan Norman Tagros, juru bicara brigade infanteri setempat.
Bom meledak segera setelah siswa naik.
Tagros mengatakan, pemerasan sedang dicurigai sebagai motif serangan itu. Pemboman itu adalah kasus terbaru dalam serangkaian serangan terhadap perusahaan bus.
Bulan lalu sebuah bom meledak di atas bus Transit Pedesaan di Mindanao, meninggalkan empat orang luka-luka.
Sepuluh orang tewas ketika sebuah bom meledak di atas bus yang dioperasikan oleh perusahaan yang sama di Mindanao pada tahun 2010, yang disalahkan pada rencana pemerasan terkait dengan gerilyawan garis keras.
Kelompok bersenjata telah menjamur di Filipina selatan sejak gerilyawan Muslim mulai pertempuran pada tahun 1970 untuk mendirikan sebuah negara Islam di bagian dari sebagian besar kepulauan Filipina yang mayoritas Kristen itu.
Di antara mereka adalah Abu Sayyaf, satu kelompok Alqaidah yang terkenal dengan pemboman dan penculikan massal, serta kelompok lain yang menentang upaya perdamaian di selatan.
Kelompok gerilyawan Islam terbesar, Front Pembebasan Islam Moro, menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah pada Maret.