REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan intelijen Amerika Serikat (CIA) telah menyesatkan Gedung Putih dan masyarakat tentang penyiksaan tahanan Alqaidah setelah serangan 11 September.
Dalam laporannya, Senat AS mengatakan CIA bertindak brutal dalam menginterogasi tahanan Alqaidah. Setelah meninjau dokumen CIA setebal 6,3 juta halaman, Komite Intelijen Senat menyimpulkan CIA tidak mampu menggagalkan rencana teror meski telah menyiksa tahanan Alqaidah dan tahanan lain dalam fasilitas rahasia di seluruh dunia antara 2002 dan 2006, ketika George W Bush menjabat presiden.
Program interogasi itu dilakukan untuk mendapatkan informasi dari tersangka pascaserangan 11 September 2001. Interogasi berlangsung di negara-negara, termasuk Afghanistan, Polandia dan Rumania.
Beberapa tawanan tidak tidur hingga 180 jam dengan tangan diikat dan berada di atas kepala. Kepala mereka dibenamkan dalam air dan mengalami pelecehan seksual, termasuk pemberian makan melalui dubur tanpa ada catatan medis.
Dalam dokumen itu disebutkan penjara rahasia CIA yang lokasinya tidak diketahui. Penjara itu disebut mirip dengan bunker dimana tahanan dikurung dalam ruangan gelap gulita dalam sel isolasi, dibombardir dengan suara keras dan hanya diberi ember sebagai tempat buang hajat.
"Tindakan CIA satu dekade lalu adalah noda pada nilai-nilai kita dan sejarah kita," ujar Direktur Komite Intelijen Senat Dianne Feinstein, berbicara setelah merilis laporan, Selasa (9/12).
Pelapor khusus PBB mengenai hak asasi manusia dan kontraterorisme Ben Emmerson mengatakan laporan itu mengungkapkan kebijakan tingkat tinggi yang jelas diatur dalam pemerintahan Bush. Dia menyerukan penuntutan para pejabat AS.Advokat hak-hak sipil juga menyerukan mereka yang bertanggung jawab harus diadili.
CIA menolak temuan itu. Badan tersebut mengatakan interogasi menjamin informasi yang berharga. Banyak Partai Republik mengkritik keputusan anggota parlemen Demokrat untuk memublikasikan laporan itu. Laporan tersebut menempatkan warga Amerika pada risiko tinggi
Sebelum merilis laporan itu, Amerika Serikat meningkatkan keamanan di fasilitas militer dan diplomatik di luar negeri.
Laporan ini menemukan teknik yang digunakan jauh lebih brutal dari yang disampaikan CIA kepada publik atau pembuat kebijakan. BBC melaporkan Barack Obama menghentikan teknik interogasi tersebut saat menjabat pada 2009 karena dianggap sebagai penyiksaan.