Kamis 11 Dec 2014 15:08 WIB
Doa di kelas

Soal Revisi Doa, HTI : Pemerintah Ingin Meliberalkan Bangsa Ini

Rep: CR05/ Red: Erdy Nasrul
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wacana penggantian teks panduan berdoa di sekolah-sekolah negeri dinilai akan menghilangkan identitas dan atau religiusitas bangsa Indonesia. 

Pendapat itu disampaikan Juru Bicara Muslimah Ormas Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Iffah Ainur Rochmah bahwa ia menduga wacana revisi doa tersebut yakni sebagai upaya menghilangkan karakter bangsa yang mengedepankan tuntunan agama Allah. "Kalau hal seperti begini saja ditiadakan, berarti pejabat publik yang bersangkutan ingin meliberalkan bangsa ini yang mayoritas muslim kepada gaya hidup liberal yaitu lepas dari tuntunan beragama," ujar Iffah saat dihubungi ROL, Kamis (11/12).

Menurutnya, bila revisi doa yang ditujukan agar tidak mencirikan suatu agama tertentu itu jadi disahkan ke depannya juga maka orang tua muslim yang akan dirugikan. "Karena para orang tua nantinya berarti menyerahkan anak-anaknya pada tata cara atau kurikulum berbasis liberal," kata dia.  Iffah kembali menjelaskan dugaannya, satu-satunya yang melatarbelakangi munculnya wacana itu dikarenakan keinginan pejabat publik yang ingin meliberalkan bangsa Indonesia. "Sehingga ini harus kita waspadai karena berbahaya," katanya.

Ditambahkannya, muslim harus menolak keras revisi tersebut. "Begini, hal semacam itu saja mau dihilangkan, bagaimana persoalan lain yang tidak boleh lepas dari tuntunan agama," terang dia. Di samping itu, Iffah juga berpendapat, tradisi doa di sekolah yang mayoritas muslim adalah sebagai bentuk pelatihan membiasakan siswa agar terikat pada tuntunan agama. "Kalau siswa sudah tidak boleh baca doa Islam keras-keras bersama saja misalnya, maka esensi pendidikan anak agar terikat pada Tuhannya juga lama-lama bisa hilang. Inilah yang saya sebut sebagai upaya meliberalkan," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement