REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pemimpin Inisiatif Nasional Palestina Mustafa Barghouti mengatakan kematian Ziad Abu Ein (55), Menteri Urusan Permukiman Palestina menunjukan tindakan bar-bar dan kebiadaban Israel yang sungguh keji.
Sedangkan, PLO mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan untuk membuktikan bahwa organisasi Hak Asasi Manusia masih memiliki kredibilitas.
Sebagaimana diberitakan Maannews, Kamis (11/12), Abu Ein tewas dalam sebuah aksi bentrokan dengan sejumlah aparat keamanan Israel di Tepi Barat pada Rabu (10/12).
Abu Ein sempat dilarikan ke Rumah Sakit Ramallah. Namun, nyawanya tidak tertolong lagi. Sejumlah versi beredar mengiringi kematian Abu Ein. Ada yang mengatakan bahwa Abu Ein dipukul dengan tabung gas, ada juga yang melaporkan bahwa Abu Ein meninggal akibat terlalu banyak menghirup gas air mata yang ditembakan tentara Israel.
Pemerintah Palestina sendiri akan menyelidiki kematian Abu Ein lebih lanjut. Abu Ein adalah tokoh penting dalam bidang kependudukan dan permukiman Palestina. Selain itu, Ziad juga menduduki posisi strategis di sebuah komisi yang menentang keberadaan tembok pembatas buatan Israel.
Tembok yang menjulang tidak kurang dari sembilan meter itu telah menjadikan wilayah Gaza, Palestina, sebuah penjara terbesar di dunia.
Abu Ein sebelumnya telah ditangkap dan dipenjarakan oleh Israel. Dia diekstradisi dari Amerika Serikat pada tahun 1981 atas pembunuhan dua warga Israel di Tiberias pada 1979, dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, tapi dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada 1985.
Selain perannya sebagai pemantau permukiman Israel dan tembok pemisah, Abu Ein adalah anggota dari Dewan Revolusi Fatah dan sebelumnya menjabat sebagai wakil menteri untuk urusan tahanan.
Sebelum terjadi bentrokan, Ziad Abu Ein sempat berorasi di hadapan pendukungnya serta sejumlah wartawan di tempat kejadian. Ziad menyerukan, pasukan Israel merupakan penjajah.
Ditambahkannya pula, Israel terus berupaya menghentikan upaya Palestina dalam memeroleh haknya. "Kita rakyat Palestina tinggal di tanah milik kita sendiri. Lalu para tentara Israel datang menyerang kita. Mereka hanyalah sekumpulan teroris yang hendak meniadakan hak-hak kita," tegas Ziad Abu Ein, sesaat sebelum serangan aparat Israel ditujukan kepadanya.
Ziad abu Ein meninggalkan empat orang anak dan seorang istri. Pemerintah Palestina secara resmi mengumumkan masa berkabung tiga hari setelah kematian tokoh senior tersebut. Jibril Rajoub, seorang penasihat keamanan Palestina, mengutuk keras kekejaman aparat Israel itu. Jibril menyebut tindakan mereka sebagai sebuah pembunuhan berencana terhadap Ziad Abu Ein.