REPUBLIKA.CO.ID,BANJARNEGARA--Kecamatan Karangkobar yang biasanya lengang, sejak terjadinya bencana tanah longsor di Desa Sampang, Kabupaten Banjarnegara, Jumat (12/12) menjadi dipadati pendatang. Sayangnya, akses masuk masih terhambat sisa longsor.
Kota kecil di wilayah pegunungan utara Kota Banjarnegara ini, tidak hanya dipadati oleh petugas dan relawan yang hendak membantu penanganan bencana. Namun, juga para warga yang ingin melihat kondisi longsor.
''Karangkobar memang menjadi sangat ramai,'' kata Partono (45), warga Kota Kecamatan Karangkobar yang juga menjadi pegawai Perhutani wilayah Karangkobar, Ahad (14/12).
Apalagi seluruh posko induk maupun posko pembantu berada di wilayah Kota Karangkobar. Demikian juga, seluruh perwakilan elemen relawan bencana, juga ikut mendirikan posko dengan menyewa rumah-rumah warga di Kota Kecamatan Karangkobar.
Untuk mencapai Kota Kecamatan Karangkobar, saat ini sebenarnya cukup sulit. Pengguna kendaraan yang melakukan perjalanan dari Kota Banjarnegara, tidak bisa melalui jalan raya karena ruas jalan tertimbun longsor sepanjang lebih dari 1 kilometer di Dusun Sampang.
Pengguna kendaraan harus mengalihkan perjalanannya melalui jalan-jalan kecil selebar 2,5 meter yang kondisinya masih banyak bagian yang rusak parah. Jalan alternatif ini, merupakan jalan tembus dari Desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu yang untuk mencapai Kota Kecamatan Karangkobar mencapai belasan kilometer.
Karena itu, pengemudi kendaraan roda yang berpapasan dengan kendaraan roda empat dari arah berlawanan arah, harus sangat berhati-hati agar kendaraan tidak bersenggolan.
Bagi pengendara sepeda motor, masih agak lebih leluasa untuk mencapai Karangkobar. Sekitar 1 kilometer dari wilayah longsor Desa Sampang, mereka akan dialihkan melalui Desa Slatri Kecamatan Karangkobar dan melalui jalan sempit hingga menuju Karangkobar.
Saat ini, di berbagai lokasi ruas jalan utama maupun alternatif terdapat banyak bekas longsoran baik dalam skala kecil maupun agak besar sehingga cukup menyulitkan pengendara kendaraan.