REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sejumlah supir ojek di kawasan MH Thamrin merasa dirugikan dengan adanya pelarangan sepeda motor di kawasan tersebut. Beberapa di antaranya bahkan ada yang bingung dan berencana demo.
"Demo mungkin," ujar Maman (48) pada ROL di seputaran MH. Thamrin, Senin (15/12). Maman menyatakan hanya mengetahui adanya uji coba pelarangan sepeda motor di kawasan MH. Thamrin dari spanduk-spanduk yang terpasang.
Ia menyatakan belum ada sosialisasi langsung dari aparat terkait. Karena itu, ia merasa cukup bingung dengan adanya pelarangan tersebut.
Berbeda dengan Maman, supir ojek lainnya, Junahir (62), sudah cukup paham dengan pelarangan sepeda motor di beberapa titik kawasan. Sayangnya ia merasa belum ada sosialisasi langsung dari aparat terkait.
Ia mendapat info seputar pelarangan sepeda motor dari berbagai media. "Tukang ojek di sini (Tosari) tidak mungkin sampai demo," jelas Junahir.
Akan tetapi, Junahir merasa adanya pelarangan sepeda motor di kawasan tersebut merugikan para supir ojek sebagai rakyat kecil. Selain berpotensi mengurangi pendapatan, tarif ojek pun kemungkinan besar akan semakin tinggi karena harus melalui jalan-jalan tikus.
Junahir berharap agar peraturan pelarangan sepeda motor tak jadi dilaksanakan. Pasalnya, Ia merasa kemacetan lebih banyak ditimbulkan oleh angkutan umum yang tak tertib. "Angkot yang suka keluar jalur dan bikin macet," terang Junahir.
Junahir berharap, daripada sepeda motor dilarang untyuk melewati sejumlah titik, lebih baik para pengguna sepeda motor disediakan jalur khusus. Selain itu, Junahir juga menilai petugas lalu lintas harus lebih giat mengurai kemacetan. "Jangan rakyat kecil terus yang jadi korban," lanjut Junahir.