REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Kondisi Pantai Kuta yang penuh dengan sampah membuat banyak wisatawan mancanegara (wisman) mengurungkan niatnya untuk berjemur di tepi pantai. Mereka enggan bersentuhan langsung dengan pasir pantai yang kotor.
Seorang wisman asal Norwegia, Romeyn mengaku dia kurang puas menikmati Pantai Kuta dipagi hari, terlebih disore hari. Alih-alih berjemur, Romeyn hanya berjalan-jalan di pinggir pantai.
Romeyn mengaku dia mendapatkan rekomendasi Kuta dari situs Lonely Planet. Menurutnya, dari 25 top lokasi untuk berwisata di Bali, Pantai Kuta selalu berada di posisi teratas di berbagai situs perjalanan wisata.
"Namun, sesampainya di sini, saya mendapatkan pengalaman berbeda. Semua yang kulihat ada sampah. Banyak sampah di pasir, di air, entah itu kantong plastik, kaleng, kertas, botol. Sampai-sampai sampah itu menempel di kakiku. Pantai ini kotor," katanya dijumpai Republika Online (ROL), Senin (15/12).
Dia mengaku sedikit jijik ketika terpaksa berjemur di pasir Kuta. Menurutnya, sampah di Kuta berkaitan dengan bencana sanitasi di wilayah sekitarnya. Jika kondisi yang sama terus bertahan, dia yakin tak ada turis yang mau datang kedua kalinya ke Kuta.
Pantai Kuta memang sedang penuh oleh sampah, terlebih dimusim hujan seperti sekarang ini. Berdasarkan pantauan ROL, Dinas Kebersihan dan Pertamanan setempat sudah aktif mengoperasikan mobil loader yang memunguti sampah secara otomatis di pagi hari.
Namun, sampah tetap saja datang kembali ke bibir-bibir pantai siang menjelang sore harinya. Sampah-sampah tersebut kebanyakan berasal dari sungai-sungai atau tukad di sekitar yang menghempaskan sampah ke Pantai Kuta.