Senin 15 Dec 2014 19:55 WIB

Ini Alasan Sulit Jadikan Masjid Pusat Pembangunan Umat

Rep: c14/ Red: Agung Sasongko
Jamaah membaca Alqur'an usai shalat dhuhur berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (2/7).
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Jamaah membaca Alqur'an usai shalat dhuhur berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Masjid Indonesia, KH Maulany mengungkap, saat ini DMI masih kerepotan menjangkau keseluruhan masjid dan mushala di seluruh Indonesia. Sebab, kapasitas lembaganya, memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan dukungan dari pemerintah, baik dalam hal penguatan program maupun dana.

Apalagi, masjid untuk memenuhi kebutuhan rohani dan sosial ratusan juta orang Indonesia. Sehingga pantaslah hal demikian mendapat perhatian negara. “SDM (sumber daya manusia) yang mengurus masjid-masjid juga apa adanya. Sehingga sulit mewujudkan idealisme Islam pada zaman Rasulullah SAW, yakni masjid sebagai pusat pembangunan masyarakat,” ungkap KH Maulany, Senin (12/15).

Menurut KH Maulany, kelemahan SDM demikian bukanlah satu-satunya masalah. Lantaran, di masjid-masjid seluruh Indonesia masih marak terjadi kecenderungan untuk berfokus hanya pada urusan ibadah ritual sehari-hari. Misalnya, shalat lima waktu, shalat Jumat, atau –paling tinggi—ibadah zakat dan kurban.

Menurut Kiai Maulany, program-program yang berorientasi pada kemaslahatan masyarakat sekitar masjid masih kurang terkelola. Sehingga, masjid terkesan ketinggalan terhadap dinamika masyarakat di lingkungannya sendiri. 

“Itu kendala bagi kita memberdayakan masjid. Padahal, visi masjid sejatinya memberdayakan jamaah untuk kemaslahatan umat dan bangsa,” kata KH Maulany, Senin (15/12).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement