REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) cabang Nusa Tenggara Timur, Acry Deodatus mengatakan dualisme kepengurusan di tubuh Partai Golkar, kemungkinan besar akan berujung pada lahirnya partai baru.
"Memang karakter Golkar di era reformasi sudah seperti itu. Belum ada figur kuat yang mampu menjadi pemersatu. Mula-mula pecah menjadi Hanura, kemudian pecah lagi melahirkan NasDem. Kita lihat saja sekarang, sangat mungkin dualisme ini akan melahirkan partai baru," katanya di Kupang, Selasa (16/12).
Acry melanjutkan, kembali terulangnya konflik internal yang memicu lahirnya partai-partai baru, akan membuat Partai Golkar semakin melemah. Ia pun menyayangkan sikap tokoh-tokoh Golkar yang saat ini terkesan hanya mengejar ambisi pribadi dan kelompok.
Kondisi ini menurut dia, telah membuka peluang bagi jutaan kader dan simpatisan partai itu terpecah-pecah mencari jalan sendiri-sendiri untuk menyalurkan aspirasinya, baik di partai lama maupun partai baru yang akan di motori kader potensial partai Golkar.
Reaksi pada kader dan simpatisan partai itu membuat pimpinan Golkar hasil Munas Jakarta Agung Laksono dengan tangkas menangkap aspirasi, dengan menyuarakan sikap partai dengan mendukung Pilkada langsung.
Golkar hasil Munas Jakarta juga menyatakan sikap mendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang adalah benar-benar sesuai aspirasi rakyat.
"Dukungan terhadap pilkada langsung dan pemerintahan Jokowi-JK membuat warga Golkar merasa simpati terhadap sikap Agung Laksono, dan ini tentu akan terbawa hingga Pemilu 2019 mendatang," jeasnya.
Artinya, kalaupun Agung Laksono kalah di pengadilan, kubu Agung akan mendirikan partai baru dan para simpatisan dan kader partai Golkar akan memberikan dukungan penuh, ujar Acry Deodatus, menduga.