REPUBLIKA.CO.ID, Peneliti CORE Indonesia Ina Primiana Syinar mengimbau agar pemberian KUR lebih selektif, ditujukan kepada pengusaha dan industri kecil yang bisa menjadi pemasok industri besar maupun pemasok dan substitusi impor.
“Maka perencanaannya yang harus komprehensif,” tutur dia yang juga sekaligus Guru besar Universitas Padjajaran, Selasa (16/12). Tak perlu, kata dia, semua pengusaha dibantu, sebab dalam pemberian KUR oleh bank, mesti diperhatikan prospek ke depannya.
karena akan berpengaruh kepada kredit bermasalah atau non performing loan . Ditegaskannya, penurunan plafon KUR disebabkan pemerintah dan bank memiliki dana terbatas.
Makanya, yang perlu dilakukan pengusaha adalah bersikap kompetitif. Bagi pengusaha berkualitas baik ditunjukkan dengan realisasi pembayaran tak macet akan turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, salah seorang pelaku usaka kecil dan menengah (UKM) di bidang makanan Asep Wahyu mengaku tidak masalah dengan adanya penurunan plafon. Sebab berapapun nilainya, dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Misalnya jika butuh dana Rp 50 juta dapat mengambil dua paket. Justru yang ia soroti justru prosedur pengajuan KUR yang sampai saat ini selalu dipersulit. “Ada semacam kartelisasi di mana pengguna dana KUR selama ini didominasi perusahaan besar melalui anak-anak perusahaannya,” kata dia.