REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pernah berujar ingin mengkaji ulang program mobil murah ramah lingkungan (LCGC). Dimana ketika itu dalam Pilpres beberapa waktu lalu, tim pemenangannya menyebut LCGC berseberangan dengan kampanye mengurangi kemacetan lalu lintas. (Jokowi-JK Bakal Kaji Ulang Program LCGC)
Sayangnya, janji tersebut tak menjadi kenyataan. Justru Kementerian Perindustrian menargetkan adanya peningkatan jumlah produksi mobil ramah lingkungan atau LCGC (low cost green car) di 2015.
Direktur Alat Angkut, Direktorat Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Suryono mengungkapkan, target peningkatan kapasitas produksi ini untuk mencapai misi pemerintah untuk menciptakan LCE (Low Carbon Emission) pada tahun mendatang.
"LCGC saat ini baru 120 ribu unit. Target ke depan akan ditingkatkan LCE (low carbon emission). Kita sedang pikirkan insentif. Ke depan akan ditargetkan 600 ribu," jelas Suryono kepada Republika, Selasa (16/12).
Berdasarkan catatan Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), pilihan untuk meningkatkan mengurangi emisi dapat menghasilkan manfaat ekonomi sebesar Rp 7,7 triliun akumulasi hingga tahun 2030. Angka ini didapat dari penghitungan penghematan BBM, pengurangan biaya kesehatan, dan peningkatan produktivitas.
Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin mengungkapkan, beredarnya LCGC dapat meningkatkan fuel economy ke nilai yang lebih baik di tahun 2015 mendatang sebesar 8,43 liter/100 km untuk mobil mesin bensin dan 7,47 liter / 100 km untuk mobil mesin diesel.
"Selain peningkatan mobil ramah lingkungan, seharusnya pemerintah melakukan langkah kongkrit dalam pengendalian BBM bersubsidi dengan konversi ke bahan bakar nabati," ujar Ahmad.