Selasa 16 Dec 2014 23:58 WIB

Inilah Penyebab Pertumbuhan Ekonomi 2014 Terendah dalam 10 Tahun

Rep: C78/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi 2014 diperkirakan menjadi yang terendah dalam sepuluh tahun terakhir, kecuali saat krisis global pada 2009 yang mencapai 4,6 persen, yakni berada pada angka 5,1 persen. Hal tersebut terjadi karena pemerintah memilih kebijakan fiskal kontraktif ditambah dengan kebijakan moneter yang relatif ketat.

“Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga tinggi seak kenaikan harga BBM pada 2013 mendorong suku bunga kredit meningkat hingga 12 persen sehingga ikut memperlamat laju inflasi,” kata kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini dalam diskusi seputar persoalan ekonomi nasional 2014 dan tantangan ekonomi di 2015 pada Selasa (16/12).

Kebijakan pelarangan ekspor mineral oleh pemerintah di saat menurunnya harga komoditas global, lanjut dia, juga berdampak pada penurunan ekspor yang berlanjut pada melemahnya pertumbuhan fixed investment

Di sisi lain, pada 2014 konsumsi swasta menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Inflasi relative rendah dalam s puluh bulan pertama, serta pemilihan umum yang dilangsungkan di 2014 mampu memberikan stimulus pada peningkatan belanja masyarakat.

“Hingga kwartal ketiga di 2014, pertumbuhannya mencapai 5,5 persen terutama disumbangkan oleh konsumsi non pangan yang tumbuh 6,4 persen,” tuturnya.

Belanja pemerintah pun hanya tumbuh di kisaran 2,5 persen meskipun pada umumnya ertumbuhan lebih tinggi terjadi di tahun pemilu. Sementara, invetasi modal tetap diperkirakan hanya tumbuh lima persen, di bawah rata-rata  historisnya yang ditetapkan sebesar delapan persen.

Dalam hal ini, investasi konstruksi masih menjadi penyumbang utama dengan pertumbuhan 6,5 persen. Sedangkan investasi mesin dan peralatan pada periode yang sama mengalami pertumbuhan hingga 4,9 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement