Rabu 17 Dec 2014 03:41 WIB

Selepas Penyanderaan Sydney, Lebih Kuat Solidaritas atau Islamofobia?

Rep: c01/ Red: Agung Sasongko
 Seorang polisi bersenjata lengkap mengamankan sejumlah warga yang berhasil melarikan diri dari penyanderaan di sebuah kafe di Sydney, Senin (15/12). (AP/Rob Griffith)
Seorang polisi bersenjata lengkap mengamankan sejumlah warga yang berhasil melarikan diri dari penyanderaan di sebuah kafe di Sydney, Senin (15/12). (AP/Rob Griffith)

REPUBLIKA.CO.ID, TELESUR -- Ada dua hal yang sedang terjadi selepas penyanderaan Sydney. Para anggota pemerintahan sayap kanan dan beberapa media sama-sama menimpakan kesalahan pada Muslim, sedangkan warga Australia berusaha menepis itu dengan gerakan #illridewithyou.

Kegentingan penyanderaan yang mengejutkan Sydney pada Senin lalu telah berakhir. Akan tetapi, ancaman baru pada komunitas Muslim di Australia justru baru dimulai. Selepas penyanderaan Sydneyk setidaknya tiga orang tewas dan beberapa orang menderita luka.

Salah satu pengamat dari Universitas Brimingham yang seringkali mengamati islamofobia di Barat, Chris Allen, menyatakan peristiwa penyanderaan ini membuat komunitas Muslim dalam posisi tak menguntungkan dan berbahaya. Pasalnya, dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa penyerangan terhadap Muslim kerap meningkat setelah terjadi serangan terorisme dalamm bentuk apapun yang dipandang sebagai "kelasahan dari para Muslim".

Allen menyatakan bahwa peningkatan ini terjadi dengan tajam dan Muslim yang diserang ialah para Muslim yang tengah melakukan kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Allen khawatir akan kembali terjadi peningkatan dalam tindak kekerasan terhadap Muslim pasca peristiwa penyanderaan Sydney ini. Ini dikarenakan pelaku penyanderaan membawa nama Islam, sehingga bukan tak mungkin sebagian masyarakat menganggap Islam patut dipersalahkan dalam insiden ini.

Menurut hasil penelitian Allen terhadap Islamofobia, didapati bahwa Islamofobia tengah meningkat di dunia Barat, termasuk Australia. Allen juga menemukan bahwa Islamofobia kemungkinan besar akan terus berlanjut dan semakin meningkat. Islamofobia akan mejadi mudah untuk di temui di jalan-jalan. "Di mana wanita Muslim seringkali menjadi objek makian, intimadi, ancaman dan kekerasan," terang Allen pada Telesur, Rabu (17/12).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.

(QS. An-Nisa' ayat 136)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement