REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Liberman mendesak negaranya lebih proaktif dalam memerangi tekanan internasional dengan menjalin kerjasama yang lebih moderat dengan dunia Arab. Liberman mengkritik tekanan Dewan Keamanan PBB pada Israel terkait tuntutan Palestina yang meminta Israel menarik diri dari Yudea dan Samaria dalam waktu dua tahun mendatang.
"Bahkan Parlemen Eropa akan memilih besok untuk mengakui negara Palestina di Luxembourg pada Rabu (17/12) besok," kata Liberman, seperti dilansir Israel National News, Selasa (16/12).
"Selain itu, pengadilan Luksemburg juga akan mengajukan petisi untuk menghapus Hamas dari daftar hitam Uni Eropa terkait organisasi teroris," sambungnya.
Menurutnya hal tersebut merupakan serangan politik bagi Israel dan ia meminta para pemimpin di Israel menghadapinya dengan cerdas. Ia menegaskan bahwa negaranya tidak akan pernah setuju bahwa Israel telah didikte oleh Palestina.
"Setiap upaya oleh warga Palestina, dibantu oleh badan-badan internasional, untuk memaksakan pada kami solusi yang diinginkan, hanya akan memperburuk situasi di wilayah tersebut," lanjut Liberman.
Ia juga mengecam tindakan negara-negara di Eropa yang bekerjasama dengan Palestina. Ia melanjutkan, dukungan yang diberikan negara-negara Eropa terhadap Palestina hanya akan memanaskan situasi. Liberman tidak hanya meminta Uni Eropa untuk menghentikan desakan Palestina, namun ia meminta negaranya segera membuat solusi terkait permasalahan ini.
"Kita juga harus bertindak," katanya.
"Kita tidak bisa berdiam diri hanya mengatakan bahwa kami menentang hal ini.""Kurangnya inisiatif Israel, memperburuk posisi kami di mata internasional, akan merusak hubungan kita dengan teman-teman kita di Barat dan tidak akan memungkinkan kita untuk berdiri untuk hal-hal yang penting bagi kami," tegasnya.