REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR -- Militer Pakistan meluncurkan serangan balasan atas insiden pembantaian di sekolah Peshawar, yang menewaskan 132 siswa. Serangan udara besar-besaran dilancarkan ke benteng Taliban Pakistan di wilayah perbatasan.
Sebelumnya baku tembak dengan pasukan komando Pakistan berlangsung selama sekitar delapan jam, di dalam sekolah. Pasukan keamanan mengatakan beberapa penyerang telah dibunuh oleh pasukan komando dan beberapa lainnya meledakkan diri.
The Guardian melaporkan pada Rabu (17/12) Taliban Pakistan mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka mengatakan, itu merupakan aksi pembalasan atas serangan militer yang disebut sebagai operasi Zarb-e-Azb. Operasi tersebut telah menewaskan sekitar 1.000 militan dan membuat puluhan ribu orang mengungsi.
"Kami memilih sekolah militer, karena pemerintah telah menargetkan keluarga dan perempuan kami. Kami ingin mereka merasakan sakitnya," kata juru bicara Taliban Mohammed Umar Khurasani.
Indikasi serangan telah terlihat sejak Kepala Staf Militer Pakistan Jenderal Raheel Sharif mengatakan dalam kicauan Twitternya, "Serangan udara besar-besaran telah dilakukan terhadap sasaran-sasaran di wilayah Khyber dekat Peshawar".
Kemarahan tercermin dalam pernyataan publik pertama kepala militer. "Para teroris telah menyerang jantung bangsa. Tapi tekad kami untuk mengatasi ancaman telah semakin hidup. Kami akan mengejar monster dan fasilitator mereka sampai mereka lenyap untuk selamanya," ungkap Jenderal Sharif.
Sementara itu, Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif bersumpah serangan militer untuk menumpas Taliban di Waziristan Utara akan dimulai musim panas ini. Ia mengatakan, akan melenyapkan teroris hingga ke akarnya di Pakistan.
Pemerintah juga menyatakan hari berkabung nasional selama tiga hari. Sejumlah musisi di negara tersebut membatalkan konser mereka, bioskop menurunkan film-film dan pemilik usaha menutup toko mereka.
Peristiwa terjadi saat tujuh penyerang memasuki sekolah dan mulai melakukan penembakan secara acak. Mereka mencari anak-anak yang bersembunyi di bawah meja dan bangku sekolah. Sekolah tersebut berisi lebih dari seribu murid, tentara mengatakan 960 murid dan staf lainnya dinyatakan selamat.