REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA – Sejak pertengahan tahun 2014 ibu hamil (bumil) yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas dites HIV dan AIDS. Data dari Dinas Kesehatan DIY disebutkan jumlah ibu hamil yang dites HIV sebanyak 4.388 orang dan yang positif HIV sebanyak 37 orang.
Hal itu dikemukakan Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DIY Daryanto Chadorie pada Republika, Rabu (17/12). Sebetulnya tahun ini ditargetkan 9.000 bumil yang diperiksa HIV tetapi karena baru dimulai pertengahan tahun 2014, maka yang dites separuhnya dan itu termasuk bagus bisa terjaring cukup banyak, kata dia.
Rencananya tahun 2015 ditargetkan ibu hamil yang diperiksa HIV sebanyak 9.000 lagi, karena estimasi jumlah ibu hamil di DIY setiap tahun rata-rata sekitar 9.000 orang. Pemeriksaan HIV tersebut secara gratis. Untuk reagennya mendapat anggaran dari APBN.
Untuk mengantisipasinya program PPIA (Pencegahan Penularan dariIbu ke Anak) sudah dikembangkan beberapa rumah sakit swasta di DIY. Sehingga rumah sakit yang dapat melayani persalinan ibu hamil yang positif HIV tidak hanya RSUP Dr Sardjito saja melainkan juga rumah sakit swasta yakni RS. Bethesda dan RS Panti Rapih . Sedangkan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sekarang sedang dilakukan persiapan.
Di samping itu RSUD di lima kabupaten/kota juga se DIY secara bertahap akan dipersiapkan untuk bisa melayani persalinan ibu hamil yang melahirkan. Selama ini setiap ibu hamil yang positif HIV bila melahirkan di RSUP Dr Sardjito. ‘’Dari 37 ibu hamil yang positif HIV tersebut kebanyakan berasal dari Kabupaten Sleman dan mereka diminta untuk melahirkan di RSUP Dr Sardjito karena di RSUD Sleman belum bisa melayani persalinan ibu yang positif HIV,’’kata Daryanto.
Lebih lanjut dia mengatakan anggaran yang disiapkan untuk HIV dan AIDS di tahun 2015 dari APBD DIY sebesar Rp 800 juta dan dari APBN masih belum bisa dipastikan tetapi berkurang sekitar 60 persen dibandingkan tahun lalu yang sekitar Rp 250 juta. Meskipun demikian masih ada dana dari Global Fund dan untuk semester ini sebesar Rp 800 juta. Dana dari Global Fund antara lain utnuk pemeriksaan CD4, pemeriksaan Laboratorium, VCT (Voluntary, Counselling and Testng), reagen dan obat ARV serta pra ARV. Namun Global Fund hanya untuk tiga kabupaten/kota yakni: Bantul. Sleman dan Yogyakarta.