Rabu 17 Dec 2014 17:04 WIB

Cegah Ebola, Ibu Kota Guinea Larang Perayaan Natal dan Tahun Baru

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Esthi Maharani
Seorang relawan mempersiapkan suplai medis untuk dikirimkan ke daerah yang terserang virus Ebola.
Foto: AP Photo/Brennan Linsley/ca
Seorang relawan mempersiapkan suplai medis untuk dikirimkan ke daerah yang terserang virus Ebola.

REPUBLIKA.CO.ID, CONAKRY -- Ibukota Conakry, Guinea mengikuti jejak Sierra Leone melarang perayaan Natal dan tahun baru di tempat umum. Larangan itu ditujukan untuk mencegah penyebaran virus ebola.

Sebagian besar penduduk Guinea adalah Muslim. Hanya 10 persen yang menganut Kristen. Namun, seperti yang terjadi di Afrika, kebanyakan orang merayakan tahun baru bersama-sama.

"Berkumpulnya masyarakat dalam jumlah besar di tempat umum dilarang untuk sementara. Pantai akan ditutup. Petasan dan kembang api juga dilarang," ujar Gubernur Conakry Soriba Sorel Camara dalam pernyataannya, dilansir //AFP//, Rabu (17/12).

Camara meminta warga menahan diri dari hal yang dapat membahayakan upaya pencegahan penyebaran Ebola. Itu berarti menghindari berkumpul di pasar, halte, dermaga, rumah sakit dan bandara.

Guinea adalah salah satu dari tiga negara Afrika Barat yang terkena ebola paling parah. Hampir 6.900 orang tewas sejak kasus pertama tercatat di Guinea selatan satu tahun lalu. Sebanyak 99 persne terjadi di Afrika Barat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement