REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap 12 WNI yang diamankan di Malaysia karena hendak berangkat ke Suriah untuk ikut menjadi bagian dari Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Agus Rianto mengatakan, dari pemeriksaan sementara, polisi tidak menemukan simbol-simbol yang berhubungan dengan gerakan separatis tersebut.
"Bawaan simbol ISIS tidak ditemukan," kata Agus di Mabes Polri, Rabu (17/12).
Agus mengatakan, satu di antara tujuh orang dewasa yang ditangkap merupakan mantan narapidana kasus perampokan di Medan, Sumatera Utara yang baru bebas beberapa bulan lalu.
Ia pun mengatakan, diperiksanya para WNI tersebut merupakan bentuk pencegahan bergabungnya WNI ke kelompok-kelompok radikal.
"Data kita kan bisa diakses ya, data mereka pernah terlibat tindak pidana. Kemudian teman-teman Interpol sharing, terutama terlibat teroris terus berkoordinasi. Mereka diduga Polisi Diraja Malaysia terkait jaringan. Bergerak dari Surabaya, Kuala Lumpur nanti ke Turki baru ke sana," jelasnya.
Para WNI tersebut, lanjut Agus, akan diperiksa selama 7x24 jam atau tujuh hari di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.
"Dari pemeriksaan tersebut bisa ditegaskan ada pelanggaran hukum atau tidak," kata Agus.
Sebelumnya, sebanyak 12 WNI diamankan oleh petugas imigrasi di Kuala Lumpur International Airport. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara Polisi Antiteror Malaysia, mereka mengaku akan berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
Para WNI tersebut terdiri dari tiga pria dan empat perempuan dewasa serta lima anak-anak. Diduga, maksud dari keberangkatan para WNI tersebut terkait dengan WNI yang sudah berada di Suriah.
Polri pun telah membawa mereka kembali ke tanah air pada Senin (15/12) malam untuk diperiksa lebih lanjut.