REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Musim penghujan mulai merata di wilayah Lampung. Kabupaten Lampung Barat dan Pesisir Barat, menjadi 'langganan' rawan longsor. Pasalnya, di kawasan tersebut berada di daerah perbukitan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri, kawasan langganan longsir terjadi dijalur Liwa-Kuri, dan Liwa-Bukit Kemuning.
"Setiap tahun jalur Liwa-Krui dan Liwa-Bukit Kemunig itu selalu menjadi kawasan langganan longsor," kata Mukhlis Basrie, yang sudah menjabat bupati dua periode kepada Republika.
Ia meminta pemerintah pusat untuk memerhatikan kawasan Lampung Barat, karena jalan longsor di daerahnya berada di jalan nasional. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum, harus menyiagakan sejumlah alat berat dan petugas di beberapa titik yang menjadi 'langganan' longsor.
Jalur Bukit Kemunig-Liwa ini melintasi perbukitan yang terjal. Kawasan ini kerapkali terjadi longsor besar maupun kecil, disetiap musim penghujan.
Sejumlah titik rawan longsor lainnya juga tersebar mulai dari perbatasan Kabupaten Lampung Utara, yakni Bukit Kemuning-Liwa (Lampung Barat), dan Liwa-Krui (Pesisir Barat). Kondisi bukit yang perlu diwaspadai yakni Desa Waysemaka, Kecamatan Belalau; Simpang Luas, Kecamatan Batu Ketulis; Simpang Sari (rest area) dan desa Sukajaya, Kecamatan Sumber Jaya.
Selanjutnya, titik rawan longsor berada di Desa Bandar Baru dan Desa Buay Nyerupa, Kecamatan Sukau. Sedangkan di Kabupaten Daerah Otonomi Baru Pesisir Barat, titik rawan longsor yakni Desa Kubu Perahu dan Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit. Kemudian longsor juga rawan di jalur Krui-Bengkulu.