REPUBLIKA.CO.ID, DOBO -- Dermaga feri di Dobo, ibukota Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku terbengkalai sejak dibangun Kementerian Perhubungan sejak 2007. Perlabuhan tersebut idak dimanfaatkannya fasilitas penyeberangan itu mengakibatkan kerusakan sehingga meresahkan masyarakat Kepulauan Aru karena dibangun dengan anggaran miliaran rupiah.
Dinding gedung - gedung, kaca - kaca dan plafon rusak sehingga menunjukan pemandangan tidak terawat.
Jendela - jendela dipalang dengan kayu agar tidak dimasuki oknum - oknum yang kemungkinan memanfaatkan bangun gedung untuk hal - hal yang tidak tertanggung jawab. Terbengkalainya dermaga feri maupun sarana dan prasarana pendukungnya dimanfaatkan masyarakat untuk menambatkan armada laut tradisional antarupulau di kabupaten yang secara geografis berbatasan dengan Australia.
Salah seorang tokoh masyarakat Kepulauan Aru, Joseph Labok menyesalkan terbengkalainya dermaga feri dan fasilitas pendukung dengan alasan adanya pendangkalan perairan di sekitarnya. "Kondisi ini menunjukan fasilitas tersebut dibangun tidak berkoordinasi dengan Pemkab Kepulauan Aru melalui Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika setempat yang memahami keberadaan lokasi pembangun," ujarnya.
Karena itu, Kadis Perhubungan Maluku, Benny Gasperzs hendaknya melaporkan masalah tersebut ke Kementerian Perhubungan agar bisa diprogram penanganan dangkalnya perairan di lokasi dermaga feri tersebut. "Saya heran kok dermaga feri ada di Dobo. Namun, dibangun fasilitas serupa di desa Lamareng, pulau Wakom yang hanya dibatasi selat dengan Dobo sejak 2011 dan belum rampung hingga saat ini," tegasnya.
Penjabat Bupati Kepulauan Aru, Gotlief Gainau memandang perlu melaporkan kondisi dermaga feri di Dobo ke Menteri Perhubungan Ignasius Jonan karena pembangunan fasilitas penyebarangan tersebut mubazir. "Pemkab Kepulauan Aru tidak bisa berbuat banyak karena memang sejak awal pembangunannya kurang koordinasi," ujarnya.