REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Jayabaya, Lely Arrianie mengaku heran dengan partai Golkar. Ia heran terhadap masalah internal Golkar yang sampai saat ini belum bisa menyelesaikan konfliknya.
"Partai sebesar Golkar dan partai yang sudah banyak mencicipi asam garam kehidupan politik ini tidak bisa menyelesaikan konfliknya, sih?" ungkap Lely saat dihubungi Republika Online pada Jumat (19/12).
Menurutnya, Golkar sudah memiliki pengalaman yang banyak dalam menghadapi masalah politik. Maka dari itu, Lely merasa bingung Golkar belum bisa keluar dari masalah yang dihadapinya.
Terkait ketidakpuasan kedua kubu terhadap putusan Menkumham, Lely juga ikut menanggapinya. Menurutnya, pihak yang tidak puas itu hanya dari golongan individu-individu tertentu. Lely menganggap keputusan Menkumham memang jalan yang tepat.
"Golkar memang harus selesaikan dahulu masalahnya jika ingin diakui kepengurusannya oleh pemerintah," ungkap Lely.
Sebelumnya, Menkumham memutuskan pihaknya belum bisa mengesahkan hasil munas yang dilakukan kedua kubu. Untuk itu, Menkumham meminta Golkar untuk menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu di internal mereka. Salah satu jalan yang banyak disarankan pihak terhadap masalah Golkar, yakni dengan islah atau mahkamah partai.
Namun, seperti diketahui salah kubu Golkar seperti ingin menolak penyelesaian masalah dengan cara islah atau mahkamah partai. Lely mengira penolakan ini karena kubu tersebut tidak percaya hasil yang akan dicapai nanti. Menurutnya, mereka khawatir keinginan kubunya tidak bisa terakomodasi dengan baik.
Untuk itu, Lely menyarankan agar Golkar bisa melakukan mediasi dari tokoh-tokoh sesepuh. Lely berharap ini bisa dilakukan Golkar, sebelum mereka memilih cara pengadilan.
Menurutnya, Golkar harus memiliki mediator yang bisa berdiri di dua kubu. Sehingga, masalah Golkar ini bisa menemukan jalan keluar yang bisa membawa kepuasan di kedua kubu.