REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Politisi dari Partai Golongan KArya (Golkar) Nurul Arifin enggan mengomentari terkait turunnya elektabilitas partai Golkar dari hasil survei yang digelar lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
Dalam hasil survei tersebut dikatakan elektabilitas Partai Golkar turun menjadi 8,4 persen dan merupakan hasil terendah dalam sejarah perjalanan politik Partai Golkar. "Ya terus mau gimana lagi dong," ujar Nurul saat dihubungi Republika, Jumat (19/12).
Saat ini elektabilitas Partai Golkar yang baru saja dirilis oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) berkisar di angka 8,4 persen. Angka merupakan pencapaian terburuk Golkar, karena selama 50 puluh tahun berkiprah di kancah perpolitikan tanah air, Golkar selalu punya elektabilitas di atas 10 persen.
Penurunan elektabilitas itu disebabkan dualisme kepemimpinan dan konflik internal yang berlarut-larut.Elektabilitas Golkar di Desember 2014 merupakan terendah dalam sejarah perjalanan politik Partai Golkar.
Selama ini perolehan suara Golkar di tiga pemilu terakhir pascareformasi yang menunjukkan elektabilitas Golkar selalu diatas 10 persen. Bahkan di Pemilu 2004, Golkar menjadi pemenang pemilu dengan perolehan suara sebesar 21,58 persen, dan di 2009 memperoleh 14,45 persen.
Golkar juga tetap menjadi partai besar dengan menduduki peringkat kedua di Pemilu 2014 dengan perolehan suara sebesar 14,75 persen. Adapun survei LSI tersebut dilakukan melalui "quick poll" pada tanggal 16-17 Desember 2014.
Survei itu menggunakan metode "multistage random sampling" dengan 1200 responden dan "margin of error" sebesar 2,9 persen. Survei tersebut dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia dengan penelitian kualitatif melalui metode analisis media, "Forum Group Discussion", dan wawancara mendalam.