REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAJKARTA -- Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kamis-Sabtu (18-20/12/2014), menggelar seminar dan lokakarya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa Timur. Seminar yang diikuti sekitar 150 orang perwakilan dari MPM seluruh Indonesia berupaya merumuskan gerakan yang lebih menukik untuk pengentasan kemiskinan.
Seminar dan lokakarya yang mengambil tema 'membumikan tauhid sosial menuju reformasi' telah menghasilkan sejumlah rekomendasi yang akan dibawa ke Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Makassar, Agustus 2015 mendatang. Pembicara semiloka ini di antaranya, Muhadjir Effendy (Rektor UMM), Prof Amin Abdullah (dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Revrisond Baswir (dosen UGM), Prof H Suyatno (Rektor UHAMKA), dan Hajriyanto Y Tohari (politisi Golkar).
Rektor UMM, Muhadjir Effendy, mengatakan, kunci tauhid sosial yang menjadi tema seminar dan lokakarya ini adalah kalimah toyibah La ilaahaillallah Muhammadarasullah (tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah). Tauhid yang bersih dan jernih akan melahirkan kehidupan yang bersih, seimbang, adil dan sejahtera. "Kalimat ini sangat dahsyat karena dapat membukakan pintu surga," kata Muhadjir.
Gerakan tauhid sosial, lanjut Muhadjir, juga dapat disebut gerakan tahlilan dalam bentuk yang lain. Tahlilan yang kalimat toyibahnya tidak bersuara tetapi menjelma menjadi kekuatan untuk membebaskan manusia dari belenggu ketidakberdayaan.
Para praksis tauhid sosial, kata Muhadjir, menggelar tahlilan di sawah-sawah, kampung nelayan, tempat pembuangan sampah, dan pasar-pasar tradisional. Mereka datang ke tempat tersebut untuk membuat penghuninya termanusiawikan.
"Mereka datang untuk meninggalkan sesuatu yang bermakna, seperti pepatah Arab: sesungguhnya orang yang sholeh itu adalah orang yang datang di suatu tempat dan ditinggalkan di tempat itu tanda-tanda yang bermakna," kata Muhadjir.