REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) tak percaya dengan pernyataan Korea Utara mereka tidak bersalah dalam peretasan besar-bersaran Sony Pictures. AS masih meyakini bahwa Korea Utara merupakan dalang di balik peretasan tersebut.
Di sisi lain,Korea Utara mati-matian menyanggah bahwa mereka terlibat dalam peretasan yang telah nerugikan Sony Pictures tersebut. Korea Utara bahkan menawarkan diri untuk turut membantu AS dqlam menginvestigasi kasus peretasan ini. Menanggapi hal ini, pihak AS menolak mentah-mentah. "
"Korea Utara seharusnya mengakui kesalahan dan memberi ganti rugi pada Sony," terang Dewan Keamanan Nasional AS.
Kerugian terakhir yang dialami Sony ialah pembatalan pemutaran film The Interview yang recananya akan tayang di bioskop-bioskop AS pada 25 Desember mendatang. Pembatalan ini dilakukan setelah Sony menerima sejumlah ancaman jika Sony tetap menayangkan film komedi satir yang berkisah tentang rencana pembunuhan pimpinan Korea Utara ini.
Presiden AS, Barack Obama, mengkritik pembatalan pemutaran film ini dan menyatakan bahwa ia berharap para eksekutif Sony mendiskusikan masalah ancaman tersebut terlebih dahulu sebelum membatalkan rilis film. "Kita tak bisa memiliki sebuah masyarakat di mana seorang diktator di suatu tempat dapat memaksakan penyensora," ujar Obama, Jumat Kemarin.
Kemudian, pada Sabtu (20/12), Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyatakan AS telah meneyebarkan tuduhan tak berdasar pada Korea Utara. Korea Utara juga menilai tuduhan AS sebagai sebuah fitnah. Karena itu, Korea Utara mengajak AS untuk menginvestigasi peretasan ini bersama-sama.
''Kami bermaksud untuk membuktikan bahwa insiden ini tak ada kaitannya dengan kami," terang Menteri Luar Negeri Korea Utara.