REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Transformasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Peluncuran Program 5.000 Doktor Tahun 2015-2019, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (19/12) siang.
Transformasi PTKIN tersebut meliputi 9 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan 3 IAIN menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Dilansir laman Setkab, Jokowi mengatakan, sangat menyambut baik transformasi dari perguruan tinggi ke institut, atau yang institut ke universitas.
Dia mengaku sudah banyak melihat di UIN Jakarta, di mana Fakultas Kedokteran yang ada sangat bagus sekali. “Waktu jadi Gubernur, kami menyerahkan rumah sakit dan dari Kementerian Agama kepada UIN Jakarta. Daripada mengelolanya sulit, lebih baik diberikan kepada UIN. Bisa untuk belajar dan bisa dipakai juga untuk rumah sakit. Ada dua pekerjaan yang bisa diselesaikan,” ungkap Jokowi.
Presiden bercerita bahwa dalam setiap pertemuan dengan pemimpin dunia, juga dengan tamu negara, dirinya selalu sampaikan bahwa Indonesia adalah Negara Islam yang terbesar di dunia, dan juga sekaligus negara demokrasi yang terbesar juga di dunia.
“Islam dan demokrasi bisa berjalan beriringan, dan saya meyakini menjadi modal besar kita juga kekuatan kita dalam rangka politik global,” kata mantan gubernur DKI Jakarta tersebut.
Mengapa? Presiden menjelaskan, perasaannyanya setiap yang datang ke Indonesia maupun saat bertemu dengan pemimpin dunia di dalam konferensi atau summit, selalu mereka menanyakan hal itu.
“Artinya mereka memandang dari sisi itu. Saya dahului, perlu saya sampaikan bahwa Indonesia adalah negara Islam dan negara demokrasi dan Islam demokrasi bisa berjalan beriringan dengan baik. Apa ada negara yang lain yg seperti kita? Belum ada,” ujar Presiden Jokowi.
Kemudian mereka (para pemimpin negara asing) juga selalu menanyakan masalah penanganan terorisme di Indonesia. Selalu juga Presiden mengatakan bahwa pendekatan keamanan yang dilakukan hampir di selurh dunia, itu adalah pendekatan yang tidak menyelesaikan masalah.
Menurut Jokowi, di Indonesia, pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan keamanan tetapi yang lebih penting adalah pendekatan keagamaan dan pendekatan kultural.
“Ini yang akan lebih permanen dan bisa menjaga negara kita. Pendekatan keagamaan dan kultural itu seperti apa? Tanyalah pada ustaz kami, kiai kami, kepada NU, Muhammadiyah dan ormas lain. Bagaimana pendekatan beliau-beliau ini kepada masyarakat,” jelas Presiden.