REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru runding Partai Golkar dari kubu Agung Laksono, Andi Matalatta mengatakan, pembahasan yang akan dilakukan pada pertemuan antarnegisiator dengan kubu Aburizal Bakrie (Ical) adalah penyatuan visi dari kedua pihak. Sebab, visi menjadi akar pertikaian dari kedua kubu.
"Tahap pertama visi dulu. Karena yang buat kita beda itu ya visi-visi politik," kata Andi di DPP Partai Golkar, Jakarta, Selasa (23/12).
Andi menyebut, beberapa perbedaan visi itu antara lain mengenai sikap mendukung pemerintah, perpu Pilkada, keberadaan Golkar di Koalisi Merah Putih, dan perbedaan sikap terhadap pelaksanaan pileg dan pilpres.
Kubu Munas Bali mengeluarkan sikap untuk oposisi, tetap berada di KMP, menolak perpu, mewacanakan pelaksanaan pileg dengan proporsional tertutup, dan mendukung pelaksanaan pilpres oleh MPR.
Sementara kubu Agung memiliki sikap politik sebaliknya. Yaitu mendukung pemerintah, keluar dari KMP, mendukung perpu pilkada langsung, mendukung pelaksanaan pileg tetap dengan proporsional terbuka, serta mempertahankan pilpres secara langsung.
"Visi-visi ini yang kita bicarakan. Mereka (kubu Ical) maunya gimna dulu," ucap Andi.
Setelah visi dipersatukan, lanjutnya, pembahasan akan dilanjutkan kepada tahapan rekonsliasi secara organisasi maupun personal.
Pertemuan antara negosiator kedua kubu akan berlangsung di Kantor DPP Partai Golkar. Dari kubu agung, negosiator yang akan berunding yaitu Yorrys Raweyai, Andi Matalatta, Agun Gunandjar Sudarsa, Priyo Budi Santoso, dan Ibnu Munzir.
Sementara dari kubu Ical ada MS Hidayat, Sharif Cicip Sutardjo, Theo L sambuaga, Fredi Latumahina dan Aziz Syamsuddin.