REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Duta Besar RI untuk ASEAN Rahmat Pramono mengatakan kebangkitan Cina baik secara politik, maupun ekonomi merupakan peluang bagi negara-negara ASEAN untuk memajukan pula ekonomi dan kepentingan politiknya.
"Terkadang sebagian pihak memandang Cina, dengan kemampuan ekonominya yang besar, produk massalnya yang masif, dengan harga murah, akan mengancam ekonomi ASEAN, termasuk Indonesia," katanya usai menghadiri pertemuan keempat "Joint Executive Board of the ASEAN-China" di Beijing, Selasa (23/12).
Padahal, lanjut Rahmat, Cina dengan populasi tertinggi di dunia, serta pendapatan perkapita yang tinggi, juga merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk ASEAN, mulai dari produk pertanian, tambang hingga produk industri kreatif.
"Yang terpenting, bagaimana negara-negara ASEAN, terutama Indonesia, mampu membuat produknya memiliki rantai nilai global, memiliki daya saing tinggi, sehingga mampu menembus pasar Cina," ucapnya.
Cina sebagai kekuatan ekonomi besar, juga hendaknya lebih membuka pasarnya untuk produk-produk negara-negara ASEAN. "Jangan produk mereka saja yang membanjiri ASEAN, tetapi kesempatan yang sama juga harus diberikan Cina, untuk produk ASEAN ke pasar mereka. Harus seimbang," tutur Rahmat.
Berdasarkan catatan Pusat ASEAN-Cina total perdagangan ASEAN-Cina pada 2013 mencapai 443,6 miliar dolar AS atau naik 11 persen dibandingkan 2012. Hingga Oktober 2014 total perdagangan kedua pihak mencapai 391,83 miliar dolar AS dengan tingkat pertumbuhan 'year on year' 7,4 persen.
"Namun memang surplus masih berada di pihak Cina. Ini tantangan bagi ASEAN, termasuk Indonesia, yang juga merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara, dengan keragaman produk unggulan yang dimiliki," ujar Rahmat.
Terkait kerja sama ASEAN-Cina, Cina telah mengusulkan kerangka kerja sama 2+7 dengan ASEAN antara lain peningkatan zona perdagangan bebas ASEAN-Cina, kerja sama maritim, pembangunan infrastrktur atau konektivitas ASEAN-Cina dan sebagainya.
Cina juga telah menguatkan usulannya tentang jalur sutera maritim abad XXI, yang sebagian jalurnya juga melewati negara-negara ASEAN.
"Usulan Cina itu memang sangat bagus, tetapi juga menjadikan tantangan tersebdiri bagi ASEAN, karena jika tidak disikapi secara proposional, ASEAN bisa jadi hanya sebagai pasar bagi Cina. Karena itu, Cina selain sebagai peluang, juga harus menjadi motivasi ASEAN untuk lebih meningkatkan kapasitas," tutur Rahmat.