REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Dua orang ditangkap karena dituduh telah memfasilitasi serangan teror. Sementara itu PM Tony Abbott mengatakan telah meningkatnya perbincangan di kalangan kelompok yang dianggap simpatisan teror di Australia.
Polisi Federal Australia (AFP) mengatakan anggota Tim Gabungan Anti-teror telah melakukan penangkapan dalam sebuah operasi. Operasi anti-teroris yang disebut sebagai Appleby Operation adalah operasi gabungan yang melibatkan Kepolisian negara bagian New South Wales (NSW), Kepolisian Federal Australia (AFP), dan lembaga intelejen Australia (ASIO).
Seorang pria 20 tahun ditangkap karena kepemilikan dokumen untuk memfasilitasi serangan teror. Sementara seorang pria 21tahun telah dituduh melanggar aturan soal perlindungan masyaratakt dari aksi teror, atau dikenal dengan istilah control order.
Keduanya akan hadir di Pengadilan Parramatta Sydney, Rabu (24/12) lalu.
Sementara itu, Wakil Komisaris Catherine Baker mengatakan polisi akan lebih banyak yang dikerahkan di sejumlah tempat umum selama musim liburan ini. "Kami telah menempatkan 11 orang [sejak September] beberapa di antaranya untuk ancaman teroris yang serius," kata Baker.
"Kehadiran polisi akan lebih banyak di tempat umum."
Menurutnya keberadaan polisi yang jumlahnya ditambah, terutama di malam tahun baru, untuk "menjamin keselamatan".
Penggerebekan yang juga bagian dari operasi anti-teror juga dilakukan di Brisbane, dengan melibatkan lebih dari 70 petugas kepolisian.
Saat itu, polisi mengatakan operasi dilakukan untuk menggagalkan rencana "tindakan kekerasan" di Australia, termasuk rencana untuk memenggal kepala warga secara acak.
Hari Jumat pekan lalu (19/12), Kepolisian New South Wales dan Federal Australia
menggerebek beberapa rumah Sydney, termasuk salah satu properti yang sudah ditargetkan pada penggerebekan di bulan September.
Dalam pertemuan itu Abbott mengatakan komite keamanan telah mendapatkan pengarahan dari Kepala ASIO, dan Komisaris Kepolisian Federal Australia (AFP).