REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Regulator menilai perbankan syariah memerlukan penambahan modal non organik. Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Edy Setiadi mengatakan perbankan non bunga perlu memperbaiki kinerja, dan menerbitkan right issue atau melakukan IPO agar bisa tumbuh gemilang mencapai di atas 20 persen seperti beberapa tahun lalu.
Berdasarkan data yang dirilis OJK, pertumbuhan bank syariah melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan pembiayaan pada bulan Oktober year on year hanya tumbuh 14 persen.
Pembiayaan bank umum syariah mencapai Rp 189,291 triliun. Pembiayaan unit usaha syariah juga hanya tumbuh 9 persen menapai Rp 63,149 triliun. Padahal pada periode 2012-2013 pertumbuhan pembiayaan UUS mencapai 31 persen.
Pembiayaan BUS pada periode yang sama tumbuh 21 persen. Pada bulan Oktober, aset BUS tumbuh 14 persen menjadi Rp 196,253 triliun. Sementara, aset UUS tumbuh 10 persen menjadi Rp 64,112 triliun.
Ia menyatakan jika melihat pertumbuhan di atas sangat bertolak belakang dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada periode 2012-2013, pertumbuhan aset BUS mencapai 22 persen, sementara aset UUS naik 30 persen.
Sementara pertumbuhan aset tahun ini bahkan lebih kecil dari 10 persen. "Untuk kembali ke pertumbuhan lima tahun terakhir, perlu penambahan modal organik seperti IPO atau right issue yang sudah barang tentu harus perbaiki dulu kinerjanya," ujar Edy, saat dihubungi, Jumat (12/12).