Sabtu 27 Dec 2014 00:17 WIB

Ditawari Beras, Jokowi Malu dengan Presiden Vietnam

 Presiden Jokowi menyerahkan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara, di Kab. Subang, Jabar, Jumat (26/12).
Foto: Setkab
Presiden Jokowi menyerahkan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara, di Kab. Subang, Jabar, Jumat (26/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Untuk pertama kalinya sejak diselenggarakan pada tahun 1979, para peraih Adhikarya Pangan Nusantara, yaitu penghargaan kepada sejumlah tokoh yang berjasa dalam mewujudkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan, menerima penghargaan tersebut di tengah sawah.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyerahkan penghargaan tersebut di pematang sawah di Balai Besar Tanaman Padi, Subang, Jawa Barat, Jumat (26/12), sempat menyindir kemungkinan adanya pihak yang kecewa lantaran menerima penghargaan di tengah sawah.

“Kelihatannya ada yang agak kecewa karena tidak ke Istana. Saya mengerti wong tiap hari ke sawah kok ke sawah lagi. Nanti saya undang ke Istana,” kata Presiden Jokowi seraya berjanji nanti akan mengundang secara khusus ke Istana para penerima penghargaan itu, pada Januari mendatang.

Setelah menyerahkan penghargaan, Presiden Jokowi mengutarakan kekecewaannya, negara yang sangat kaya, sawahnya sangat luas ini masih impor beras. “Saya malu waktu ketemu Presiden Vietnam di ASEAN Summit ditanyakan, 'Presiden Jokowi kapan beli beras lagi dari Vietnam',” ujarnya.

Presiden menegaskan tidak ingin ada pertanyaan seperti itu lagi. Karena itu, maksimal dalam waktu 3 (tiga) tahun, Presiden Jokowi memerintahkan Menteri Pertanian agar bisa mewujudkan swasembada pangan, termasuk beras. Ia menilai, Indonesia memiliki kemampuan untuk swasembada pangan.

Menurut Presiden, problem utama pertanian kita adalah rendahnya tingkat produksi. “Saya kalau ke daerah selalu tanya, 1 hektar panen berapa ton, jawabannya paling 4,5 ton sampai 6 ton. Enggak pernah 8 ton,” ungkap Jokowi.

Presiden menilai, salah satu persoalan rendahnya tingkat produksi pertanian itu adalah karena tidak ada insinyur yang mendampingi para petani di sawah. Karena itu, Presiden Jokowi meminta kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman supaya para insinyur pertanian tidak dikandangkan di kantor.

“Saya titip ke Mentan agar para insinyur pertanian jangan kebanyakan di kantor, harus turun ke lapangan. Beri bimbingan,” pesannya.

Menurut Jokowi, bila petani tidak dibimbing, maka hasil panen tidak maksimal. Imbasnya, Indonesia akan terus impor beras dan tidak bisa swasembada pangan. “Saya enggak mau kayak gitu, kita harus kompetisi. Karena saya lihat di lapangan, kita mampu,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement