REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum tuntasnya pengungkapan aktor intelektual kasus sepak bola gajah, tak membuat PSIS Semarang dan PSS Sleman absen mempersiapkan armada baru jelang bergulirnya kompetisi Divisi Utama musim depan.
Harapan mendapat ampunan di komite eksekutif pada kongres tahunan Januari besok, membuat kedua tim seolah percaya diri memberi jaminan para pemainnya dapat tetap bermain musim depan.
Kendati demikian, skenario pengampunan dinilai bakal mematikan upaya pengungkapan dalang yang sebelumnya dinilai para pemainlah whistleblower-nya. Tak lagi ingin menuntut kejelasan siapa aktor intelektual di balik peristiwa memalukan tersebut, kedua klub lebih memilih cari aman untuk memastikan ampunan didapat.
"Kami berharap ampunan di kongres tahunan. Sejauh ini, sedikitnya ada enam pemain musim lalu yang telah kami kontrak ulang," kata general manager PSIS, Khairul Anwar. Tak hanya kontrak ulang, sejumlah aktivitas perekrutan pemain pun telah digelar PSIS yang sejak seminggu terakhir.
Pengajuan pengampunan di kongres PSSI pun, menjadikan PSIS tak selantang sebelumnya yang mendesak PSSI bersikap serius dalam pengusutan sepak bola gajah. Menurut Khairul, melihat situasi yang serba demikian, terpenting bagi klubnya adalah para pemain, ofisial, dapat kembali mencari rejeki di lapangan hijau.
"Saya pikir kami tidak komentar dulu soal pengusutan dalang gajahnya," tambahnya. Hal serupa juga terjadi di tubuh PSS Sleman. Perombakan skuat juga terjadi menyusul reformasi di tubuh manajemen PSS.
Sukeno, yang kini menjabat sebagai direktur PSS menggantikan Supardjono, menjadi nama baru menemani Haru Setyawan yang juga ditunjuk sebagai manajer tim berjuluk Elang Jawa tersebut.