REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat penerbangan, Jusman Syafii Djamal meminta agar pemerintah tidak terlalu terburu-buru dalam mengumumkan penemuan serpihan pesawat Air Asia yang jatuh di sekitar perairan Belitung. Menurutnya, pemerintah saat ini lebih baik fokus untuk mencari sinyal atau radar yang berasal dari ELT pesawat naas tersebut.
"Fokus utama seharusnya pada pencarian sinyal dulu, jangan yang kasat mata," ujar Jusman kepada Republika Online (ROL) , Senin (29/12).
Jamal menambahkan, bantuan pencarian dari negara lain seperti Australia, Amerika, dan Singapura dapat membantu pencarian sinyal. Karena, peralatan yang dimiliki oleh negara-negara tersebut sudah sangat canggih dalam mendeteksi sinyal. Menurut Jusman, apabila memang benar serpihan yang ditemukan adalah milik Air Asia QZ 8501, maka ada kemungkinan pesawat tenggelam ke dasar laut lalu meledak.
"Apabila meledak di udara serpihannya pasti mengambang di atas laut, terutama benda-benda yang bersifat plastik seperti tas," kata Jusman.
Apabila pesawat langsung terjun ke laut, harus diperhatikan juga kedalamannya. Di kedalaman di atas seribu meter, pesawat bisa saja pecah menjadi serpihan. Namun, apabila di kedalaman kurang dari seribu meter, kemungkinan badan pesawat masih utuh. Hanya bagian tertentu saja yang pecah atau patah, misalnya bagian ekor atau sayap.
ELT dapat mengirimkan sinyal koordinat keberadaan pesawat. Benda ini biasanya akan langsung menyala ketika terkena benturan maupun tenggelam di laut.