REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 3 Januari mendatang menjadi momentum bagi setiap umat manusia dalam memahami sifat-sifat teladan Rasulullah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai banyak sifat-sifat baik dari Rasulullah yang dapat dicontoh oleh pemimpin saat ini. Diantaranya yakni sifat Rasulullah yang adil dan bijaksana.
Wasekjen MUI, Teuku Zulkarnaen mengatakan sebagai pemimpin, Rasulullah memiliki sifat yang adil dan bijaksana. Adil yang berarti secara hukum sanksi yang diberikan oleh Rasulullah tegas. Baik kepada orang besar atau kecil ketika orang tersebut bersalah. Bahkan kepada keluarga sendiri. Bijaksana artinya dalam mensyiarkan agama Islam Rasulullah tidak menghancurkan budaya setempat atau tidak merusak budaya seseorang. Sehingga Islam di seluruh dunia muncul dengan kekhasannya.
"Iya harus ditiru (oleh pemimpin). Secara hukum Rasulullah tidak memandang bulu. Sementara pemimpin kita membela yang kecil-kecil aja. Giliran Islam nggak mau datang. Giliran natalan pergi jauh-jauh ke Papua. Seharusnya pemimpin menjaga perasaan yang kecil namun tidak mengabaikan perasaan yang besar. Mengayomi yang banyak, melindungi yang kecil. Jangan tirani minoritas atau apartheid," ujar Teuku Zulkarnaen kepada Republika, senin (29/12).
Ia menambahkan, momentum Maulid Nabi dapat dimaknai oleh seluruh umat Islam sebagai kebangkitan umat Islam dari segi politik, ekonomi dan budaya. Hal tersebut dikarenakan selama ini umat Islam terpinggirkan dari segi politik, ekonomi dan budaya.
Ia menjelaskan, saat ini peranan umat Islam dalam politik terpinggirkan. Keberadaan parpol Islam seperti dimusuhi. Selain itu, secara ekonomi, pusat ekonomi umat telah ambruk. Beberapa sentra ekonomi umat yang dimiliki oleh umat Islam saat ini berpindah tangan dan bukan lagi dikuasasi oleh Islam. Seperti kota Gede, Yogyakarta, Pasar Kenari, Pasar Jatinegara dan lain sebagianya. Sehingga berdampak pada ekonomi umat islam.