REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ratusan anggota TNI AU Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta, Rabu, menggelar doa bersama bagi para korban musibah pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
"Shalat Goib dan doa bersama ini sengaja digelar untuk mendoakan para korban," kata Komandan Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta Masekal Pertama TNI Yadi I Sutanadika.
Menurut dia, dalam musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501, pihak Lanud Adisutjipto Yogyakarta memberikan kedudukan tersendiri bagi Keluarga Besar Lanud Adisutjipto, karena Kapten Pilot Irianto mengawali kariernya di Lanud Adisutjipto.
"Kapten Irianto mengawali karier melalui Sekolah Penerbangan TNI AU di Yogyakarta," ucapnya.
Ia mengatakan, orang tua Kapten Irianto sendiri juga merupakan pensiunan TNI AU Lanud Adisutjipto.
"Karenanya sebagai bagian dari Keluarga Besar TNI AU Lanud Adisutjipto, kami merasa perlu untuk memberikan penghormatan," ujarnya.
Yadi mengatakan, sebelum memilih profesi sebagai pilot pesawat komersil, Kapten Irianto merupakan penerbang pesawat tempur F-5 Tiger milik TNI AU.
"Kapten Irianto juga telah beberapa kali terjun berbagai macam operasi di Indonesia," tuturnya.
Yadi mengatakan, dengan memiliki 2.500 jam terbang di militer serta 1.000 jam terbang bersama F-5 Tiger, kemampuan terbang Kapten Irianto sudah tidak diragukan lagi. Terlebih Irianto pernah menjalankan berbagai macam operasi di Indonesia.
"Namun, Kapten Irianto memutuskan untuk tidak melanjutkan karier di militer setelah masa IDP berakhir pada 1994 dengan pangkat terakhir Lettu Penerbang. Irianto memilih menjadi penerbang pesawat komersil," ujarnya.