REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Presiden Italia Giorgio Napolitano mengatakan pada Rabu (31/12), ia akan mengundurkan diri kerena usianya telah 89 tahun. Ia meninggalkan Perdana Menteri Matteo Renzi, menghadapi tantangan politik untuk menggantikannya.
Kantor berita Reuters melaporkan, setelah memberikan petunjuk selama berbulan-bulan Napolitano memulai perayaan akhir tahun dengan mengatakan ia telah menentukan penggantinya. Presiden baru menurutnya akan segera menggantikannya.
"Aku akan mundur, mengundurkan diri saat konstitsi mengizinkan. Saya telah mencapai usia lanjut yang membuat saya semakin terbatas dan kesulitan melakukan tugas-tugas institusional, kompleks dan penuh tuntutan," ungkapnya.
Napolitano tak mengatakan kapan tepatnya ia akan mengundurkan diri. Tapi diperkirakan ia akan mundur pada Januari, setelah Italia melakukan serah terima atas kepemimpinan bergilir presiden Uni Eropa.
Jika Renzi tak bisa mengarahkan calon yang dapat diterima melalui proses pemilihan presiden, maka akan menimbulkan keraguan akan kemampuannya mendorong reformasi ekonomi dan peruhanan yang direncanakan pada konstitusi dan sistem pemilihan. Itu akan memicu spekulasi tentang pemilihan dini, yang menambah ketidakpastian politik di seputar zona euro.
Napolitano merupakan mantan komunis yang dihormati di Eropa dan Washington. Ia menjabat kali pertama pada 2006. Ia sempat enggan menjabat untuk kedua kalinya, setelah pemilu menemui kebuntuan dan mengancam stabilitas politik Italia.
Berbulan-bulan spekulasi mengenai penggantinya telah merebak. Mulai dari Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi, Menteri Ekonomi Pier Carlo Padoan atau Menteri Pertahanan Roberta Pinotti.
Renzi ditunjuk Napolitano kurang dari satu tahun lalu, sebagai perdana menteri Italia termuda. Pada Senin (29/12), Napolitano benar-benar yakin penggantinya akan terpilih. Tetapi proses ini penuh bahaya dan menyerap energi politik Italia yang tengah berjuang keluar dari resesi.