REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Hari ini, Jumat (2/1), tercatat total ada 14 jenazah yang berhasil ditemukan. Dari jumlah tersebut, 12 jenazah di antaranya ditemukan oleh pasukan dari Kapal Perang milik Angkatan Laut AS USS Sampson.
Delapan jenazah yang ditemukan oleh Angkatan Laut AS ini telah dievakuasi dengan Helikopter jenis Sea Hawk.
"Empat lagi menyusul," ujar Direktur Operasional Basarnas Lanud Iskandar Supriyadi. Lantas mengapa tim gabungan Basarnas "hanya" mampu mengevakuasi dua jenazah, di saat US Navy mampu mengevakuasi 12 jenazah?
Supriyadi sendiri mengakui bila ada kekurangan yang dimiliki oleh tim gabungan. Salah satunya adalah teknologi tim Indonesia yang dinilai kurang dibandingkan milik AS.
Dia menjelaskan, kapal perang AS memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni antara Heli dan kapal induk. Sehingga tim AL AS bisa melakukan pencarian yang terintegrasi dan cepat.
"Di saat heli dan kapal kita terhambat oleh cuaca," jelas Supriyadi.
Selain itu, faktor lainnya adalah daya jelajah heli Sea Hawk AS yang mampu terbang lama, dan memiliki kemampuan melihat obyek di atas laut yang lebih detail. "Makanya intinya adalah teknologi dan cuaca," ujarnya.
Meski demikian, Supriyadi menampik bila kinerja Basarnas kurang. Justru dia mengapresiasi seluruh pihak yang ikut bekerja.
"Ya memang terimakasih untuk AS yang mau membantu," lanjutnya.
Dia juga mengakui kelebihan yang dimiliki oleh armada AS ini. "Bukan sekedar mereka kebetulan lewat dan nemu jenazah," katanya lagi.
Heli Sea Hawk AS sendiri mampu mengangkut empat jenazah dalam sekali evakuasi.