REPUBLIKA.CO.ID,SINGAPURA -- Mabes TNI akhirnya ikut mengerahkan KRI Usman Harun untuk mendampingi KRI Banda Aceh dan KRI Bung Tomo dalam pencarian korban pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Pangkalan Bun.
Channel NewsAsia malah mengulas pengiriman KRI Usman Harun. Dalam berita tersebut, ditulis penamaan kapal tersebut adalah pelaku pemboman MacDonald House.
"Penamaan kapal setelah pembom MacDonald House, Usman Mohamed Ali dan Harun Said, menyebabkan ketegangan antara Singapura dan Indonesia pada bulan Februari tahun lalu," begitu isi berita tersebut. Alhasil, pemerintah Singapura mengirimkan nota keberatan diplomatik atas pemakaian dua nama prajurit KKO tersebut ke dalam KRI.
Disinggung pula akibat tindakan Usman dan harun, tiga orang tewas dan 33 lainnya luka-luka. Meski hukuman itu mendapat tentangan Presiden RI-kedua, Soeharto, namun Singapura menggantung keduanya pada 1968.
Pun dengan laman jurnalisme warga, the Real Singapore yang menulis tentang upaya pencarian yang sudah menemukan 30 jasad dan enam di antaranya telah teridentifikasi. Pun dengan Basarnas yang mengaku menemukan empat bagian besar dari pesawat yang jatuh. Hanya saja, pencarian teradang cuaca buruk di lautan.
Hingga kini, sebanyak 27 kapal, termasuk kapal negara asing ditugaskan untuk mencari korban dan pesawat buatan Airbus tersebut. Sayangnya, kotak hitam belum ditemukan.
Media tersebut pada ujungnya mempertanyakan sikap kontroversial pemerintah Indonesia yang mengirim KRI Usman Harun. Kapal perang buatan Inggris tersebut memang memiliki kemampuan pencarian di bawah air.
Hanya saja, kapal tersebut memiliki nama yang telah menyebabkan ketegangan diplomatik kedua negara. Sekadar diketahui, media Singapura tersebut menilai nama Usman Harun diambil dari dua teroris yang membom MacDonald di Singapura, yang membunuh warga sipil tak berdosa selama tahun 1960-an.
Padahal, dalam sejarahnya, Harun Said dan Usman Hj Mohd Ali adalah prajurit KKO (marinir) yang diterjunkan Proklamator Sukarno untuk menginfiltrasi Singapura, yang ketika itu masih menjadi bagian Malaysia. Karena dieksekusi gantung oleh pemerintah Singapura di Penjara Changi. Jenazah keduanya akhirnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.