REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Andrinof Chaniago, mengatakan Minimnya infrastruktur dinilai menjadi kendala utama sulitnya daerah perbatasan untuk berkembang.
Ketertinggalan daerah perbatasan dapat dilihat dari ketimpangan yang sangat tinggi antara daerah perbatasan dengan negara tetangga. "Itu gara-gara perhatian infrastrukturnya yang tidak tepat," kata Andrinof kepada Republika, Senin (5/1).
Selama ini, menurut Andrinof, pemerintah hanya menggerakkan pertumbuhan di daerah-daerah yang sudah tumbuh. Maka untuk melayani daerah perbatasan pemerintah harus terlebih dahulu menyediakan infrasturktur.
Untuk menggerakkan pertumbuhan di daerah perbatasan, kata Andrinof, pemerintah akan melakukan pembangunan infrastruktur. Yaitu, dengan membangun pembangkit listrik, jalan, kawasan indutri dan pembangunan pelabuhan-pelabuhan agar daerah itu dapat tumbuh.
Selain penyediaan infrastruktur, Menurut Andrinof, perekonomian di daerah perbatasan juga perlu diseimbangkan. Sebabnya, banyak warga di daerah perbatasan lebih condong bergantung kepada negara tetangga.
Seperti, warga perbatasan di Kalimantanh lebih banyak berbelanja ke Malaysia dan bertransaksi menggunakan mata uang Ringgit. "Kita harus bangun prasarana dan menghidupkan kegiatan ekonomi daerah perbatasan," papar Andrinof.
Untuk itu, Andrinof mengungkapkan, dalam lina tahun ke depan pemerintah akan fokus pada pertumbuhan daerah perbatasan. Pemerintah, kata Andrinof, akan memprioritaskan beberapa titik perbatasan seperti di Kalimantan dan Papua.