Selasa 06 Jan 2015 14:25 WIB

Delapan Rumah di Majalengka Retak Akibat Pergerakan Tanah

Rep: Lilis Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga berjalan di jalan desa yang rusak akibat pergerakan tanah di Kampung Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausna, Majalengka, Jawa Barat, Jumat (3/5)
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Warga berjalan di jalan desa yang rusak akibat pergerakan tanah di Kampung Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausna, Majalengka, Jawa Barat, Jumat (3/5)

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Memasuki puncak musim hujan, bencana pergerakan tanah kembali melanda Kabupaten Majalengka. Kali ini, bencana tersebut melanda Blok Babakan, Desa Cibeureum, Kecamatan Talaga.

 

Peristiwa yang terjadi sejak Ahad (4/1) itu menyebabkan delapan unit rumah warga mengalami retak-retak. Selain itu, sedikitnya 28 unit rumah warga lainnya juga terancam mengalami kondisi serupa.

 

"Pergerakan tanahnya terjadi setiap hari (sejak Ahad), sampai sekarang pun masih terjadi dengan pergerakan yang lambat,’’ ujar Ketua BPBD Kabupaten Majalengka, Tatang Rahmat, kepada Republika, Selasa (6/1).

 

Tatang menjelaskan, pergerakan tanah bermula dari areal sawah yang terleak di perbukitan. Pergerakan tanah itu kemudian merembet pada delapan rumah warga yang ada di bawahnya hingga mengalami retak-retak sepanjang 3 – 5 cm. "Delapan rumah warga itu terletak pada jalur patahan,’’ terang Tatang.

 

Tatang pun mengimbau warga yang tinggal di delapan rumah itu untuk mengosongkan rumah mereka dan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pasalnya, pergerakan tanah dikhawatirkan semakin besar dan menyebabkan longsor, terutama saat hujan turun dengan deras.

 

Menurut Tatang, pihaknya bersama petugas Geologi sedang terjun ke lokasi untuk menilai kondisi pergerakan tanah. Jika ternyata hasil penilaian menyebutkan pergerakan tanahnya cepat, maka warga yang tinggal di delapan rumah tersebut harus direlokasi ke tempat yang lebih aman.

 

"Sampai sekarang relokasi permanen belum dilakukan, masih menunggu hasil rekomendasi dari Geologi,’’ kata Tatang.

 

Selain delapan rumah warga tersebut, Tatang pun mengingatkan warga yang tinggal di 28 rumah lain di sekitarnya untuk selalu siaga dan waspada. Jika hujan turun dengan deras, mereka pun diimbau untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

 

Salah seorang warga Desa Cibeureum,  Somantri menuturkan, retakan  tanah tersebut  terjadi untuk kedua kalinya setelah sebelumnya terjadi pada Desember 2014. Warga yang khawatir terjadi longsor pun kini telah mengungsi. "Tapi mengungsinya pada malam hari. Kalau siang mereka kembali ke rumah,’’ tutur Somantri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement